Hidayatullah.com—Mladen Grujicic, etnis Serbia yang tinggal di Bosnie, terpilih sebagai walikota Srebrenica, kota di mana ribuan Muslim Bosnia dibunuh oleh pasukan Serbia saat perang di era 1990-an.
Grujicic adalah nasionalis Serbia pertama yang memegang jabatan itu dan memenangi lebih dari 54% suara dalam pemilu, lapor Euronews Selasa (18/10/2016).
Camil Durakovic, walikota Muslim yang segera digantikan oleh Grujicic, mengeluhkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pemilihan umum dan memperingatkan kemungukinan terjadinya diskriminasi atas orang-orang Bosnia (Bosniak) di kota yang pernah menyaksikan kekejaman tentara Salib Serbia itu.
Grujicic, yang menyangkal telah terjadi genosida di Srebrenica atas Muslim Bosnia oleh pasukan Serbia, berusaha meyakinkan publik bahwa pemerintah kota akan terus melanjutkan tradisi peringatan pembunuhan massal itu sambil berusaha mempertahankan keharmonisan masyarakat.
Keluarga dan kerabat korban genosida oleh pasukan Serbia mengatakan hasil pemilihan walikota itu menimbulkan kekhawatiran.
Tahun ini ketegangan di Bosnia meningkat setelah orang-orang Serbia di Bosnia memutuskan untuk tetap merayakan “hari nasional” mereka melalui plebisit, meskipun pemungutan suara rakyat itu dinyatakan ilegal oleh pemerintah pusat Bosnia di Sarajevo.
Perjanjian damai Dayton yang mengakhiri perang pada 1995 membagi wilayah Bosnia menjadi dua daerah semi-independen, yaitu Republika Srpska (RS) yang dikendalikan oleh etnis Serbia dan federasi Muslim Kroasia.
Selama tergabung dalam negara Yugoslavia, warga Muslim tidak dapat menjalankan perintah agamanya secara bebas, seperti yang dialami oleh negara-negara lain yang dikuasai pemerintah komunis dan sosialis kala itu. Akibatnya, Muslim di sana nyaris kehilangan identitasnya dan justru mengikuti budaya yang tidak sejalan dengan Islam, termasuk maraknya pernikahan dengan non-Muslim.
Ketika Yugoslavia pecah, seiring dengan runtuhnya ideologi komunis dan sosialis di Eropa Timur, negara-negara yang tergabung dalam federasi itu saling berperang dengan mengusung bendera identitas suku dan agamanya masing-masing. Peperangan antara Muslim Bosnia sebagai etnis minoritas dan etnis Serbia yang mayoritas dan penganut Kristen termasuk pertempuran yang paling mengerikan.*