Hidayatullah.com—Pemuda kulit putih asal South Carolina, Amerika Serikat, yang didakwa membunuh 9 jemaat gereja kulit hitam tahun lalu mengakui perbuatannya itu sambil tertawa.
Dalam video pengakuan pelaku yang dirilis FBI dan ditampilkan dalam persidangan, Dylann Roof tampak tertawa beberapa kali dan memeragakan bagaimana dia mengayunkan senjatanya menembaki korban saat menjelaskan serangan yang dilakukannya, lapor BBC Jumat (9/12/2016).
Pemuda 22 tahun pro-supremasi kulit putih itu kepada para penyidik mengatakan dia ingin seluruh dunia tahu bahwa dirinya membenci orang-orang kulit hitam dan menganggap mereka itu kriminal.
Ketika video rekaman pengakuannya ditayangkan selama 2,5 jam di ruang sidang kemarin, Roof duduk di meja terdakwa bersama tim pembelanya sambil memainkan tumpukan kertas yang ada di hadapannya.
Dalam rekaman pemeriksaan itu, yang direkam 17 jam setelah peristiwa penembakan, tersangka mengatakan kepada FBI bahwa dirinya sempat berpikir untuk menyerang pengedar narkoba, tetapi takut mereka akan balik menyerangnya.
Oleh karena itu, dia kemudian memutuskan untuk menyerang kelompok studi Bibel di Emanuel African Methodist Episcopal Church di Charleston pada 17 Juni 2015, setelah membaca perihal kelompok itu di internet.
Agen FBI Michael Stansbury memulai interogasi dengan menanyakan Roof apa yang dilakukannya pada malam peristiwa pembunuhan.
“Saya pergi ke gereja di Charleston itu, dan, ehmm, saya melakukannya,” kata Roof.
Agen yang menyidiknya meminta Roof menjelaskan apa yang dilakukannya itu.
“Saya membunuh mereka,” kata Roof. Sambil tertawa dia menambahkan, “Well, saya membunuh mereka, kayaknya.”
Lebih lanjut Roof mengatakan korban-korbannya membuat masalah semakin rumit dengan bersembunyi di balik meja.
Setelah 45 menit menjalani interogasi, Roof kelihatan sangat terkejut ketika agen FBI mengatakan kepadanya bahwa 9 orang tewas dalam serangan itu, tiga lainnya selamat.
Mendengar informasi itu Roof berkata, “Di sana bahkan tidak ada orang sebanyak itu. Apa Anda berbohong kepada saya?”
Seorang agen FBI bertanya kepada Roof tentang perasaannya mendengar jumlah korban yang tewas.
“Well, itu membuat saya merasa tidak enak,” kata Roof.
Akan tetapi, pemuda itu kemudian mengatakan kepada para penyidik bahwa dia ingin membunuh orang-orang kulit hitam sebab mereka memperkosa wanita-wanita kulit putih setiap hari.
Roof melakukan serangan dengan berbekal satu pistol Glock semi otomatis berkaliber .45 ditambah 88 peluru yang dimasukkannya ke dalam 8 magasin.
Angka 88 adalah simbol gerakan neo-Nazi, singkatan dari Heil Hitler yang mana abjad H adalah huruf kedelapan dalam alfabet.
Korban dengan luka tembakan terbanyak adalah Susie Jackson, jemaat gereja wanita berusia 87 tahun yang tewas ditembus 11 timah panas.
Saat interogasi penyidik bertanya apakah Roof pernah berpikir untuk membunuh lebih banyak orang kulit hitam lagi.
“Oh tidak,” jawab tersangka. “Saya sudah lelah.”
Dalam pemeriksaan Roof juga mengatakan kepada penyidik bahwa dia pernah menonton film televisi buatan tahun 1982 tentang kelompok rasis skinhead berjudul “Made in Britain” yang dibintangi Tim Roth.
Koran lokal Post and Courier melaporkan bahwa di persidangan disebutkan perihal buku harian milik Roof, di mana pemuda itu menulis dirinya bakalan senang jika ada perang antaras.
Hari Rabu lalu, seorang korban selamat bernama Felicia Sanders berkomentar tentang terdakwa. “Dia iblis. Tidak ada tempat baginya di bumi selain di lubang neraka.”
Menyusul bukti-bukti yang dipaparkan dalam persidangan hari Rabu (7/12/2016), ibu Roof mengalami serangan jantung saat seorang korban selamat memberikan kesaksiannya. Ibu terdakwa itu kemudian dilarikan ke rumah sakit.
Oleh karena terdakwa sudah mengaku bersalah, tim pembelanya memusatkan perhatian pada upaya menjauhkan Roof dari vonis hukuman mati.*