Hidayatullah.com—Organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mendesak kepala pemerintahan Myanmar, Aung San Suu Kyi, untuk menghentikan pembersihan etnis Muslim Rohingya. PBB meminta Suu Kyi untuk mendengarkan suara hatinya dan menghentikan kekerasan terhadap minoritas Rohingya.
“Saya menyerukan kepada Aung San Suu Kyi untuk mendengarkan suara batin dan berbicara langsung dengan orang-orang dari Myanmar,” kata Penasihat Khusus PBB Sekretaris Jenderal di Myanmar, Vijay Nambiar, merespons dalam sebuah pernyataan resmi.
“Orang-orang dari semua masyarakat di Myanmar harus bersama-sama menentang kekerasan, perpecahan dan disintegraso yang sedang dihasut oleh kelompok kriminal di daerah,” sambungnya seperti dikutip dari Independent, Jumat (9/12/2016).
Sementara itu, pemerintah Myanmar dikabarkan telah meminta rapat darurat kepada negara-negara anggota ASEAN untuk membahas krisis Rohingya.
Batal ke Indonesia, Aung San Suu Kyi Dituduh Terlibat Pembantaian Etnis Rohingya
Namun, sumber itu tak memberikan rincian lebih lanjut mengenai rapat darurat itu. Seperti dimuat Channel News Asia, Selasa (13/12/2016), Nikkei melaporkan rapat darurat akan dilangsungkan di Yangon, Myanmar, pada 19 Desember 2016.
“Selain itu, pengulangan dari janjinya untuk mengatasi akar penyebab yang mempengaruhi penduduk setempat, yaitu bahwa kewarganegaraan dan status, dan untuk memberikan bantuan kepada para pengungsi sejak 2012, akan mampu meredakan ketegangan,” katanya lagi.
Sebagaimana diketahui, aktivis yang dikenal sebagai The Lady itu dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 dinilai atas perjuangannya untuk mencapai demokrasi, hak asasi manusia. Faktanya, ketika ia berkuasa justru bungkam atas pembakaran desa-desa atau dugaan pembersihan etnis Muslim yang ada di negaranya.
Rohingnya Jadi Duri Dalam Daging Kepemimpinan Aung San Suu Kyi
Sebaliknya, ia telah berulang kali membela pembersihan, menyerang intervensi asing di wilayah tersebut.
Lebih dari 20 ribu etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh selama dua bulan terakhir dari aktivitas kekerasan pihak militer Myanmar di perbatasan.
PBB menggambarkan Rohingya adalah etnis yang paling tertindas di dunia. Mereka adalah kelompok etnis yang tidak diberi status warga negara.
Meski menggunakan bahasa dengan dialek hampir sama dengan warga Chittagong, Banglades, warga Rohingya dipandang sebagian warga Myanmar sebagai imigran gelap dan disapa dengan sebutan “Bengali”.
Dikrimininasi ini terus terjadi meski sebagian besar warga Rohingya itu sudah hidup di Myanmar selama beberapa generasi.*