Hidayatullah.com—Rombongan kapal kemanusiaan yang seharusnya membawa pasokan makanan dan barang bantuan dari Malaysia menuju wilayah Rakhine, akhirnya tertunda dengan perizinan dari pemerintah Myanmar.
Kelompok kapal bantuan anjuran gabungan organisasi-organisasi LSM Malaysia itu seharusnya berangkat pada 10 Januari 2017 ini.
Pihak penyelenggara menyatakan kapal-kapal itu akan melanjutkan usaha meskipun belum dapat izin.
Panitia penyelanggara menambahkan mereka sudah menulis surat kepada pemerintah Myanmar untuk mendapatkan izin pada 12 Desember melalui Kementerian Luar Malaysia.
Sayangnya, sampai hari ini masih tidak diperbolehkan masuk ke perairan Myanmar.
Myanmar Ancam Ambil Tindakan Jika Flotila Malaysia Jadi Masuk Negaranya
Dalam konferensi pers yang dihadiri banyak orang hari Kamis (05/01/2017) yang diadakan di sebuah gudang di luar Kuala Lumpur, ketua penyelenggara, Kelab Putera 1 Malaysia, menambah kapal-kapal itu akan berlabuh di Bangladesh jika Myanmar tidak mau bekerjasama.
Kepala biksu Malaysia, K. Sri Dhammaratana mendesak Myanmar untuk mengizinkan kelompok kapal bantuan untuk masuk ke negara tersebut.
“Tidak ada agenda yang tersembunyi,” kata Biksu K Sri Dhammaratana dikutip sebuah harian Malaysia.
“Tidak ada niat terorisme. Ini adalah proyek ikhlas yang ingin kami lakukan.”
Biksu Pendukung Kekerasan Etnis Rohingnya adalah ‘Biksu Palsu’
LSM yang terlibat dalam aksi bantuan kemanusiaan dalam perjalanan ini termasuk NGO dari Indonesia, Thailand dan Filipina.
Sekitar 2.000 ton bantuan sekarang disimpan dalam gudang dan siap untuk dikirimkan.
Abdul Azeez, Ketua LSM pro-pemerintah, mengatakan ia akan diberikan kepada kedua masyarakat Muslim dan non Muslim di Rohingya.
Sebelumnya, 29 November lalu, MAPIM bersama 28 LSM (NGO) internasional mengirim 1000 ton beras, bantuan medis dan kebutuhan lain kepada masyarakat Rohingya yang dizalimi pihak Myanmar.*