Hidayatullah.com–Ribuan orang Afghanistan dan Pakistan mengantri untuk pulang ke rumah setelah Pakistan membuka dua pintu perbatasan utamanya untuk sementara.
Aparat di pintu perbatasan Torkham mengatakan 2.900 orang menyeberang ke Afghanistan dan 550 orang memasuki wilayah Pakistan pada hari Selasa (7/3/2017).
Berapa jumlah pelintas dari pintu perbatasan lain di Chaman belum diketahui, lapor BBC.
Pakistan menutup pintu perlintasan di perbatasan dengan Afghanistan sejak hampir tiga pekan lalu, setelah serangan beruntun yang terjadi di Pakistan dikabarkan dilakukan oleh militan-militan asal Afghanistan.
Kedua negara sejak lama saling tuding bahwa masing-masing pihak tidak bertindak tegas untuk mengatasi kelompok-kelompok bersenjata.
Pihak Afghanistan mengatakan sekitar 25.000 warganya terkatung-katung di Pakistan, karena pintu perbatasan ditutup.
Dua pintu perlintasan dibuka untuk kali kedua pada hari Rabu (8/3/2017), namun tidak mungkin semua orang yang terkatung-katung di sana semua bisa melintasinya pada hari itu.
“Kami terperangkap di sini karena ada masalah di negeri kami,” kata Shah Wali, pria Afghanistan asal kota Kunduz, kepada wartawan BBC Urdu.
Seorang pria muda Afghanistan bernama Zabihullah mengatakan dia pergi ke Pakistan untuk menjalani perawatan medis. “Saat itu waktu saya di depan gerbangnya ditutup. Saya membawa sejumlah uang tetapi sekarang semuanya sudah habis. Sejak itu saya hidup dengan uang dan makanan dari orang lain. Sungguh memalukan. Saya sekarang seperti orang yang sangat miskin.”
Ketika diwawancarai Zabihullah sudah mengantri selama berjam-jam.
“Tentara terus mendorong kami dari satu antiran ke antrian lain. Sangat melelahkan,” imbuhnya.
Wartawan BBC di Islamabad mengatakan bahwa keputusan untuk membuka sementara pintu perbatasan itu diambil sebab khawatir jika terus ditutup akan menimbulkan krisis kemanusiaan.*