Hidayatullah.com—Serangan-serangan yang dilakukan peretas (hacker) Rusia bisa mengancam demokrasi Inggris, demikian dinas intelijen GCHQ memperingatkan para politikus di kerajaan itu.
Pimpinan keamanan komputer GCHQ telah mengirimkan pesan tertulis kepada partai-partai politik untuk menawarkan bantuan mencegah serangan-serangan dari peretas, lapor The Sunday Times seperti dilansir BBC hari Ahad (12/3/2017).
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada para politisi di Inggris, pimpinan eksekutif National Cyber Security Centre (NCSC) di GCHQ Ciaran Martin mengatakan bahwa kejadian-kejadian di Amerika Serikat, Jerman dan lainnya mengingatkan kita akan potensi aksi berbahaya yang mengancam sistem politik Inggris.
“Ini bukan hanya sekedar tentang keamanan jaringan dari parpol-parpol itu sendiri. Serangan-serangan terhadap proses demokrasi kita lebih dari ini dan bisa termasuk serangan terhadap parlemen, kantor-kantor konstituen, wadah pemikir dan kelompok-kelompok penekan serta akun-akun email individu.”
Martin mengatakan GCHQ akan menawarkan seminar yang dirancang khusus guna membantu partai-partai politik memahami ancaman yang ada dan mengurangi resiko pencurian informasi.
Sebelumnya pada bulan Februari, Martin memperingatakan bahwa Inggris mengalami 188 peretasan tingkat tinggi dalam kurun tiga bulan sebelumnya. Banyak di antara serangan itu yang mengancam keamanan nasional, kata Martin.
Anggota parlemen Phillip Hammond, yang juga bekas menteri pertahanan dan luar negeri Inggris, menambahkan bahwa NCSC telah menghadang lebih dari 200 serangan setiap hari terhadap jaringan milik departemen-departemen pemerintah dan publik selama enam bulan terakhir.
Laporan dari dinas-dinas intelijen Amerika Serikat menyimpulkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan dilakukannya peretasan atas Komite Nasional Partai Demokrat, guna mempengaruhi proses pemilu presiden dengan tujuan memenangkan Donald Trump, capres dari Partai Republik.
Kepala dinas intelijen domestik Jerman pada bulan Desember 2016 memperingatkan bahwa telah terjadi peningkatan serangan siber agresif oleh kelompok-kelompok peretas yang diyakini mendapat perintah dari negara Rusia.
Namun, Menteri Luar Negeri Borris Johnson mengatakan sejauh ini tidak ada bukti serangan peretas yang sukses di Inggris.
Hari Ahad kemarin, kepada jaringan televisi swasta ITV dia mengatakan, “Kami tidak memiliki bukti bahwa Rusia memang terlibat dalam upaya melemahkan proses demokrasi kita saat ini. Kami belum benar-benar memiliki bukti itu.”
“Namun, yang memang kami miliki adalah banyak bukti bahwa Rusia memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Dan tidak ada keraguan bahwa mereka berusaha untuk melakukan segala macam trik-trik kotor.*
Lebih lanjut bekas walikota London itu mengatakan bahwa “sangat sedikit keraguan” bahwa Kremlin berada di balik peretasan yang terjadi di Amerika Serikat, serangan atas stasiun-stasiun TV Prancis dan upaya kudeta di Montenegro.
Rusia menolak semua tuduhan tersebut.*