Hidayatullah.com–Tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny memperdaya seorang agen dinas rahasia Rusia FSB untuk mengungkap kasus peracunan dirinya, lapor kelompok investigasi Bellingcat.
Navalny dikabarkan berpura-pura sebagai seorang pejabat keamanan dan menelepon agen rahasia tersebut untuk mengorek informasi darinya.
Agen bernama Konstantin Kudryavtsev mengatakan kepada Navalny bahwa racun Novichok ditempatkan di celana dalamnya.
Navalny, yang saat ini masih dalam masa pemulihan di Berlin, mengunggah rekaman pembicaraan panjang dengan Kudryavtsev di kanal YouTube-nya, lansir BBC Selasa (22/12/2020).
Bellingcat mengatakan panggilan telepon ke Kudryavtsev diatur sedemikian rupa agar seolah-olah datang dari sambungan telepon tetap FSB.
Dalam pembicaraan itu Navalny berpura-pura sebagai seorang pejabat senior yang meminta penjelasan rinci tentang laporan operasi FSB berkata dengan peracunan tersebut.
Kudryavtsev mengatakan bahwa alasan mengapa Navalny gagal dibunuh kemungkinan karena kesigapan pilot dan tim medis di Omsk, Siberia, yang bertindak cepat mengatasi kondisi gawat yang dialaminya.
Kudryavtsev mengatakan dirinya dikirim ke Omsk untuk menyita pakaian Navalny dan menyingkirkan semua jejak Novichok yang ada.
Pekan lalu, dalam sebuah konferensi pers besar Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa investigasi yang dilakukan Bellingcat –bersama dengan berbagai media mitranya di Barat– merupakan “trik” yang dibuat oleh intelijen Amerika Serikat.
Putin mengatakan kalau memang Navalny diracun oleh agen-agen dinas rahasia Rusia dia pasti sudah mati.
Namun, dalam kesempatan yang sama Putin juga mengatakan bahwa FSB memiliki wewenang untuk mengintai Navalny.
Dalam laporannya pekan lalu, Bellingcat menyebut sejumlah agen FSB yang terlibat dalam operasi peracunan Navalny, yaitu beberapa orang ahli senjata kimia, yang ditudingnya mengintai gerak-gerik Navalny selama bertahun-tahun sebelum berusaha melenyapkannya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Navalny, yang memiliki jutaan pengikut di media sosial, mengecam pemerintah Rusia pimpinan Putin karena dianggapnya sangat korup dan dipenuhi dengan orang-orang yang disebutnya sebagai “bajingan dan pencuri”. Dia menyebut Putin menjalankan sistem pemerintahan feodal yang “menyedot habis darah Rusia”.
Pada musim panas, sebelum peristiwa peracunan dirinya di bulan Agustus, Navalny berkampanye agar sejumlah pendukungnya terpilih menduduki jabatan publik di Siberia.*