Hidayatullah.com—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara dengan presiden Pakistan, Iran dan Mauritania, dan Qatar emir di telepon guna membahas krisis terbaru dan pelanggaran HAM terhadap etnis Rohingya di Myanmar.
Berbicara kepada empat kepala negara dunia hari Kamis, presiden Turki mendesak upaya intensif untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di Myanmar.
Sumber yang meminta agar tidak disebutkan namanya, mengatakan, Erdogan berbicara di telepon dengan rekannya dari Pakistan, Mamnoon Hussain, mitra Iran Hassan Rouhani, mitra Mauritania Mohamed Ould Abdel Aziz, dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, tulis Anadolu Agency.
Erdogan meminta para pemimpin untuk mengintensifkan upaya untuk menemukan solusi bagi krisis kemanusiaan di negara Asia tenggara, Myanmar.
Kepada para pemimpin negara-negara mayoritas Muslim, dia memberikan harapan terbaik untuk perayaan Idul Adha, namun menambahkan bahwa masalah di Suriah, Iraq, Yaman, Palestina, Libya dan kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar, kata Erdogan, memberikan bayangan suram pada liburan Idul Adha dan sangat menyedihkan bagi dunia Islam.
Baca: Korban Tewas di Rakhine Hampir 400 Orang,Erdogan: Ada Genosida di Myanmar
Sumber kepresidenan tersebut juga mengatakan, diplomasi telepon Erdogan akan terus berlanjut untuk menyelesaikan konflik Rohingya di Rakhine.
Saat berbicara di Resepsi Hari Kemenangan di Istana Kepresidenan Beştepe di Ankara, Erdoğan kembali mengulangi bahwa Turki siap untuk memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan kepada orang-orang di Rakhine dan meminta masyarakat internasional untuk melakukan hal yang sama.
Dalam sambutannya, Erdoğan juga menekankan pentingnya perang melawan terorisme, mengisyaratkan bahwa pilihan politik dan militer akan dipertimbangkan mengenai perkembangan di wilayah tersebut.
“Mereka yang ingin menyudutkan Turki melalui organisasi teror akan ditinggalkan sendirian dengan bom yang berdetak ini setelah beberapa saat,” presiden memperingatkan.
Baca: Genosida di Depan Mata, Pemerintah Tak Cukup Hanya Seruan Saja
Kekerasan dan pelanggaran HAM berat meletus di negara bagian Rakhine di Myanmar pada 25 Agustus ketika pasukan keamanan negara tersebut melancarkan operasi terhadap komunitas Muslim Rohingya.
Kekerasan ini memicu masuknya pengungsi baru ke negara tetangga Bangladesh, meskipun negara tersebut menutup perbatasannya dengan para pengungsi.
Senada dengan Erdogan, Menteri Turki Mevlüt Cavuşoğlu juga dikabarkan menghubungi rekan-rekan mereka di Indonesia, Malaysia dan Qatar.
Mevlüt Cavuşoğlu, menelpon rekan-rekannya dari Indonesia, Malaysia dan Qatar sehubungan dengan serangan terhadap umat Islam di wilayah Arakan, Myanmar.
Menurut informasi yang diperoleh dari sumber diplomatik, Menteri Turki Çavuşoğlu membahas secara terpisah dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman dan Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdurrahman Al Sani, kutip TRTWorld.
Dalam diskusi tersebut, perkembangan terakhir di Arakan telah dievaluasi.
Sebuah tindakan keras yang dilakukan militer Myanmar bulan Oktober yang lalu di Maungdaw, di mana etnis Muslim Rohingya minoritas, menyebabkan sebuah laporan PBB mengenai pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan keamanan yang mengindikasikan kejahatan terhadap kemanusiaan.
PBB mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan dan penghilangan brutal. Perwakilan Rohingya mengatakan sekitar 400 orang telah terbunuh dalam tindakan keras tersebut.*