Hidayatullah.com—Kekejaman militer Myanmar terhadap etnis Muslim Rohingya makin terkuat setelah muncul berita baru adanya ranjau darat yang diduga dipasang militer Myanmar di wilayahnya yang berbatasan dengan Bangladesh.
Pemerintah Bangladesh memanggil duta besar Myanmar di Dhaka untuk memprotes tindakan aparat keamanan Myanmar menanam ranjau darat di perbatasan kedua negara.
Pemanggilan dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat terkait dengan masuknya puluhan ribu warga minoritas Muslim Rohingya dari negara bagian Rakhine, Myanmar, ke Bangladesh.
Menteri Luar Negeri Bangladesh, Shahidul Haque kepada BBC mengatakan pihaknya sudah memasukkan protes soal ranjau darat ke pemerintah Myanmar, namun ia tidak memberikan rincian lebih jauh.
Baca: Amnesty Internasional: Myanmar Lakukan Pelanggaran HAM Serius
Pejabat senior Bangladesh mengatakan diyakini pasukan keamanan Myanmar menanam ranjau darat untuk mencegah warga Rohingya kembali ke desa-desa mereka.
Sumber Reuters di pemerintah Bangladesh mengatakan militer Myanmar menanam ranjau-ranjau baru di sepanjang perbatasan, yang dipakai pengungsi Rohingya untuk menyelamatkan diri.
Menurut sumber yang dihubungi BBC dan Reuters Myanmar menempatkan ranjau darat di wilayah mereka di sepanjang pagar kawat berduri di antara serangkaian pilar perbatasan. Bangladesh mengetahui keberadaan ranjau darat itu terutama melalui bukti foto dan informan.
“Pasukan kami juga telah melihat tiga sampai empat kelompok yang bekerja di dekat pagar kawat berduri, memasukkan sesuatu ke dalam tanah. Kami kemudian mengonfirmasi kepada informan kami bahwa mereka menanam ranjau darat,” kata sumber tersebut dikutip Reuters.
Baca: Kejahatan Tentara Myanmar: Bayi dan Anak-Anak Rohingya Disembelih
Dia tidak menjelaskan apakah kelompok tersebut berseragam, namun yakin mereka bukan gerilyawan Rohingya.
Manzurul Hassan Khan, petugas penjaga perbatasan Bangladesh, dua ledakan terdengar pada Selasa 5 September 2017 di sisi perbatasan Myanmar setelah dua ledakan juga terjadi sehari sebelumnya yang memicu spekulasi bahwa pasukan Myanmar telah menanam ranjau darat.
Pada Selasa, seorang anak laki-laki kehilangan kaki kirinya akibat ledakan di dekat persimpangan perbatasan sebelum akhirnya ia dibawa ke Bangladesh untuk perawatan, sementara anak laki-laki lain menderita luka ringan, kata Khan.
Wartawan BBC, Sanjoy Majumder, yang berada di sisi perbatasan Bangladesh, mengatakan ada tiga insiden yang disebabkan oleh ranjau darat pekan ini.
Sumber-sumber militer Myanmar mengatakan tidak ada ranjau baru yang ditempatkan di perbatasan Myanmar-Bangladesh.
PBB mengatakan jumlah pengungsi Rohingya yang melewati perbatasan menuju Bangladesh meningkat tajam sejak 25 Agustus.
Para pejabat PBB mengatakan lebih dari 146.000 warga Rohingya meninggalkan Rakhine, dipicu oleh serangan milisi Rohingya terhadap sejumlah pos polisi di negara bagian tersebut.
Serangan ini dibalas dengan ‘operasi pembersihan teroris’ oleh militer Myanmar yang mendorong warga sipil Rohingya mengungsi untuk menghindari gelombang kekerasan.
Tentara Myanmar tak berkomentar dan hanya tutup mulut mengenai ledakan di dekat perbatasan. Zaw Htay, juru bicara pemimpin nasional Myanmar Aung San Suu Kyi, tidak segera memberikan komentar.
Myanmar, yang berada di bawah kekuasaan militer sampai saat ini dan merupakan salah satu negara yang paling banyak ditanami ranjau di dunia, adalah satu dari sedikit negara yang belum menandatangani Perjanjian Pelarangan Ranjau tahun 1997.
Pada 1990-an ditanam ranjau di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencegah orang-orang melintasi perbatasan secara ilegal.
Sementara itu, pemimpin de facto Myanmar yang juga penerima Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi justru berpaling dan mengatakan jika ‘krisis diperparah berita palsu (hoax)’.*