Hidayatullah.com—Pengadilan di Hamburg, Jerman, memulai proses persidangan Mehmet Fatih S, yang dituduh bekerja untuk dinas intelijen Turki MIT.
Dilansir Deutsche Welle, persidangan pemuda berusia 32 tahun itu dimulai hari Kamis (7/9/2017) dan akan berlangsung sampai pertengahan bulan Oktober, menurut keterangan pengadilan. Berdasarkan ketentuan hukum di Jerman, nama terdakwa tidak disebut lengkap.
Jaksa penuntut mengatakan Mehmet Fatih menjadi mata-mata untuk MIT sejak tahun 2013. Antara September 2015 sampai penangkapannya di bulan Desember 2016, misinya adalah memata-matai komunitas Kurdi di Jerman, terutama yang berada di Bremen.
Mehmet Fatih pindah ke Bremen pada Januari 2016, guna mendekati politisi Kurdi bernama Yuksel Koc. Di sana, dia berbincang-bincang dengan kenalan-kenalan Koc dan mengumpulkan informasi online untuk melengkapi datanya tentang tokoh Kurdi tersebut. Mehmet Fatih terus menjalin kontak dengan agen penghubungnya di Turki lewat email dan juga pernah mengunjungi Turki dua kali pada tahun 2016.
Intelijen Turki diduga membayar Mehmet Fatih 30.000 euro untuk kerjanya.
Jika divonis bersalah, Mehmet Fatih dapat diganjar hukuman kurungan maksimal lima tahun.
Beberapa waktu belakangan hubungan diplomatik Berlin dengan Ankara agak memanas, terutama menyusul peristiwa kudeta gagal Juli 2016 di Turki. Pemerintahan Erdogan menuding sejumlah warganegara Jerman melakukan aksi mata-mata untuk intelijen Jerman atau milisi-milisi Kurdi di dalam wilayah Turki. Maret 2017, dinas intelijen dalam negeri Jerman BfV melaporkan bahwa terjadi peningkatan signifikan aksi mata-mata Turki di dalam wilayah Jerman.*