Hidayatullah.com–Kelompok hak asasi manusia mendesak para pemimpin dunia untuk memberlakukan pembatasan di negara Myanmar (Burma), setelah junta militer melakukan kekerasan dan menyebabkan lebih 410.000 etnis Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Seruan pegiat hak asasi manusia dilakukan saat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersiap pertemuan di New York, di mana krisis di Myanmar akan menjadi topik utama diskusi.
Sikap acuh tak acuh terhadap pemimpin defacto Myanmar, Suu Kyi terhadap kelompok etnis Muslim Rohingya dan kegagalannya untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan oleh militer telah menyebabkan berbagai persepsi banyak orang.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menganggap Sun Kyi sebagai jalur terakhir bagi komunitas Muslim Rohingya untuk menghentikan krisis tersebut.
Baca: Amnesty International Punya Bukti Citra Satelit Pembakaran Desa Muslim
Namun dalam pidato terbarunya selama 30 menit pada hari Selasa di Naypyitaw, tidak seperti harapan banyak orang. Aung San Suu Kyi bahkan meyatakan “tidak takut terhadap perhatian internasional” dan menafikkan adanya pembakaran desa-desa di Rakhine.
Pidatonya dinilai telah mengaburkan tuduhan yang lebih serius terhadap kelompok militer di negara itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan, badan pengawas hak asasi manusia mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara dunia segera memberlakukan pembatasan militer dan ekonomi Myanmar, agar pembersihan etnis dihentikan segera.
“Pasukan keamanan Burma melakukan pembersihan etnis terhadap Rohingya dan mengabaikan penghukuman para pemimpin dunia,” kata John Sifton, Direktur Advokasi Human Right Watch (HRW) Asia sebagaimana dikutip laman resmi hrw.org. Menurut John Sifton, saat ini waktunya telah tiba untuk menerapkan tindakan tegas terhadap Myanmay agar militer tidak mengabaikan.
Baca: Militer Myanmar ‘Sengaja Bakar’ Desa-Desa Muslim Rohingya
HRW mendesak rezim Myanmar untuk dihukum karena kekejaman yang dilakukan terhadap kelompok etnis Muslim Rohingya, sehingga memungkinkan para pengungsi untuk kambali ke rumah dengan selamat.
Ratusan ribu Muslim Rohingya terpaksa menjadi pengungsi dan melarikan diri setelah bertahun-tahun mendapat perlakukan kejam dari militer Myanmar dan aktivis Buddis. Rezim Myanmar dan rakyat negeri itu mengklaim bahwa etnis Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh dan menyangkal kewarganegaraan mereka, mereka telah tinggal di sini selama berabad-abad.*