Hidayatullah.com–Halaman Facebook perusahaan minyak raksasa Shell diserang oleh pengguna media sosial (netizen) yang menentang kampanye perusahaan tersebut yang mempromosikan dukungan untuk kelompok ‘Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender’ (LGBT).
Kurang dari 24 jam bahwa perusahaan Facebook mengubah logo dengan latar belakang bendera pelangi LGBT, lebih dari 400 kemitraan dan ratusan netizen meninggalkan komentar pedas mereka.
Kampanye tersebut menyebabkan rata-rata netizen kesal dan kesal dengan Shell, mendesak konsumen untuk berhenti membeli minyak dan produk perusahaan.
“Saya kira saya akan menghindari produk Shell tahun ini,” ujar Doug Case.
“Kami tidak akan membeli apapun termasuk gas dari dia (Shell) lagi,” ujar Manuel Bravo.
“Tidak ada lagi produk Shell untuk saya,” tulis Gerald Murray.
Baca: Sikapi LGBT, Ketua Bidang Ekonomi Muhammadiyah Serukan Boikot Starbucks
Sementara Farid Hamidi Ramli mendesak publik, terutama pelanggan reguler Shell, untuk memboikot perusahaan tersebut.
“Saya pikir Shell adalah perusahaan terdidik. Mereka harus berpikir lebih baik tentang ini, “katanya.
“OMG. Melarang perusahaan ini dari mobil saya. Jika Anda ingin mendukung sesuatu yang kritis seperti ini setidaknya jangan membuatnya publik. Dan sekarang menghadapi konsekuensi dari Anda yang bodoh berikut, “tulis Jay Howard.
Melalui situs Shell Global, perusahaan tersebut mengungkapkan kepedulian dan dukungan untuk LGBT agar kelompok tersebut dapat menjadi bagian dari stafnya.
“Di Shell kami peduli dengan keragaman masyarakat karena kami percaya bahwa tempat kerja inklusif sepenuhnya memungkinkan staf kami tumbuh, begitu pula bisnis.
“Bila staf sangat bagus, kami juga senang. Oleh karena itu, kami bangga mendukung staf lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) kami, mempromosikan kesetaraan kepada karyawan terlepas dari orientasi seksual dan identitas gender, “kata Shell.
Perusahaan juga mendirikan LGBT Shell sebagai ruang pendukung bagi LGBT yang berusaha percaya diri mereka untuk bekerja.
Baca: Ideologi Bisnisnya Dinilai Tak Sesuai Pancasila, Izin Starbucks Didesak Dicabut
Menurut Shell, jaringan LGBT pertama didirikan di Shell United States pada tahun 1997 diikuti di seluruh dunia, termasuk Inggris (Inggris), Belanda, Kanada, India dan yang terbaru pada tahun 2015 di Afrika Selatan.
Juni lalu, Pengurus Pusat (PP) bidang ekonomi Muhammadiyah menyerukan boikot terhadap produk Starbucks sebagai bentuk protes terhadap pernyataan CEO Starbucks, Howard Schultz yang dianggap mendukung perkawinan sejenis.
“Sudah saatnya pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk mencabut izin Starbucks di Indonesia karena ideologi bisnis dan pandangan hidup yang mereka dukung dan kembangkan jelas-jelas tidak sesuai dan sejalan dengan ideologi bangsa kita yaitu Pancasila,” ujar Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah, Anwar Abbas dalam keterangannya, Jumat (30/6/2017).*