Hidatullah.com-Menteri Luar Negeri Inggris pada hari Ahad membela peran pendahulunya satu abad yang lalu untuk membuka jalan bagi pembentukan Israel, dengan mengatakan dua negara berdaulat untuk Israel dan Palestina tetap merupakan “satu-satunya solusi yang layak” untuk perdamaian, lapor AFP sebagaimana dikutip Al Arabiya, Senin (30/10/2017).
Kamis pekan depan (02/11/2017l adalah hari peringatan seratus tahun Deklarasi Balfour – sebuah surat 67 kata dari Menteri Luar Inggris saat itu, Arthur Balfour, yang menyatakan dukungan London atas berdirinya sebuah tanah air untuk orang-orang Yahudi di Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan berkunjung ke London untuk memperingati ulang tahun satu abad deklarasi tersebut.
Pernyataan Balfour satu abad yang lalu tersebut tetap kontroversial, memicu serangkaian peristiwa yang pada akhirnya menyebabkan terbentuknya negara Israel, pengungsian jutaan orang Palestina dan pertikaian selama bertahun-tahun antara kedua komunitas yang berlanjut sampai hari ini.
“Saya bangga dengan peran Inggris dalam mendirikan Israel,” tulis Menteri Luar Negeri Boris Johnson dalam artikelnya berjudul “My vision for Middle East peace between Israel and a new Palestinian state” di surat kabar Telegraph, Ahad (29/10/2017), dan menambahkan bahwa dokumen tersebut “diperlukan untuk mendirikan sebuah negara besar”.
Baca: Enam Bulan Jalan Kaki Menuju Palestina Meminta Maaf Terbitnya Deklarasi Balfour
Namun dia memperingatkan bahwa salah satu masalah utama Deklarasi Balfour – yakni hak-hak masyarakat non-Yahudi harus dilindungi – “belum sepenuhnya diselesaikan”.
Dalam artikel tersebut, Johnson mengatakan bahwa dia sedang menuliskan pemikirannya di kolom yang sama yang digunakan Balfour satu abad yang lalu.
Dia memuji surat 1917 tersebut karena “tujuan moral yang tak terbayangkan: untuk memberi orang-orang yang teraniaya dengan tanah air yang aman dan tentram.”
London, lanjutnya, tetap berkomitmen pada solusi dua negara, yang tidak dikenal oleh raykat Palestina yang ingin merdeka sebelum dijajah.
“Saya tidak ragu bahwa satu-satunya solusi yang tepat untuk konflik tersebut serupa dengan apa yang pertama kali ditulis pada naskah oleh orang Inggris lainnya, Lord Peel, dalam laporan Komisi Kerajaan Inggris tentang Palestina pada tahun 1937, dan itulah visi dua negara untuk kedua masyarakat,” tulisnya.
Baca: Pemerintah Inggris Tolak Minta Maaf pada Palestina Terkait Deklarasi Balfour
Perbatasannya kedua negara, lanjutnya, seharusnya seperti sebelum Perang Enam Hari pada tahun 1967, dengan Yerusalem sebagai “ibu kota bersama” dan “pertukaran lahan yang setara untuk mencerminkan kepentingan nasional, keamanan, dan agama masyarakat Yahudi dan Palestina.”
“Saya juga berbesar hati bahwa para pemimpin Arab generasi baru tidak melihat Israel dalam cahaya yang sama dengan para pendahulunya. Saya percaya bahwa lebih banyak hal yang akan dilakukan untuk melawan bahaya terorisme dan hasutan anti-Semit. Tapi, dalam analisis terakhir, rakyat Israel dan Palestina yang harus menegosiasikan detailnya dan menulis bab mereka sendiri dalam sejarah. Satu abad ke depan, Inggris akan memberikan dukungan apa pun yang kami bisa untuk mendekatkan dua pihak dan menyelesaikan masalah Deklarasi Balfour yang belum selesai,” tulisnya dalam paragraf terakhir.*/Abd Mustofa