Hidayatullah.com– Badan Statistik Kejahatan Nasional Prancis melaporkan, lebih dari 220 Ribu wanita Prancis mengalami pelecehan seksual di transportasi umum selama dua tahun ini, kutip The Independent, Jumat (29/12/2017).
Kelompok Pemantau Nasional Kejahatan dan Keadilan Pidana Prancis (ONDRP) dilansir Reuters, mengatakan, sebanyak 267 ribu orang (85 persen di antaranya wanita) dilecehkan secara seksual ketika menggunakan transportasi umum. Kejahatan itu terjadi tahun 2014 – 2015.
Bentuk pelecehan tersebut beragam, mulai dari mengedipkan mata ke perempuan, meraba bagian tubuh perempuan, mencium wajahnya, hingga tindakan perkosaan.
Baca: Diskriminasi Muslim di Eropa Meningkat, Hanya Karena Nama dan Pakaian
Kasus skandal sutradara Harvey Weinstein di AS turut menggerakkan perubahan cara berpikir tentang perilaku kekerasan seksual di Perancis.
“Meskipun kebanyakan orang masih fokus pada kekerasan dalam rumah tangga, namun kekerasan seksual yang terjadi di jalanan, sarana transportasi publik dan ruang publik lain tidak kalah serius dan menarik perhatian,” kata laporan itu.
Survei Thomson Reuters Foundation yang dirilis Oktober lalu, Paris terpilih sebagai kota ketiga paling ramah kepada wanita menurut. Juga menempati peringkat empat paling rendah risiko pelecehan seksual.
Namun hal tersebut tak menghentikan terjadinya tindak pelecehan.
Sebuah studi juga menunjulkkan pelecehan seksual di transportasi umum di Paris lebih tinggi tujuh kali dibandingkan negara lain.
Sebagian besar kasus terjadi saat kereta atau bus bergerak, sehingga korban tidak dapat melarikan diri.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan langkah – langkah, yang bertujuan mendidik masyarakat dan anak sekolah tentang seksisme dan kekerasan terhadap wanita.
Marcon juga mengusulkan untuk memidanakan pelaku pelecehan di jalan. Berbeda dengan Kementerian Kesetaraan Jender Prancis, yang menolak memberikan tanggapannya.*