Hidayatullah.com–Organisasi Muslim-Turki DITIB menyeru agar otoritas Jerman berbuat lebih banyak untuk melindungi rumah ibadah Muslim, menyusul serangan beruntun selama dua bulan terakhir.
Serangan atas sebuah masjid di Berlin pada tengah malam Ahad merupakan serangan ke-24 dalam kurun dua bulan, yang sengaja menarget masjid di Jerman. Demikian dikatakan DITIB dalam pernyataan persnya seperti dilansir Deutsche Welle Ahad (11/3/2018).
DITIB menyeru agar pihak berwenang memastikan tempat-tempat ibadah Muslim dilindungi, mencari siapa di balik serangan-serangan itu, dan secepatnya menyeret mereka ke meja hijau.
DITIB memperingatkan agar aparat segera bertindak sebelum ada yang terluka. Organisasi itu juga menuding para politisi dan masyarakat Jerman diam saja melihat diskriminasi dan serangan-serangan langsung terhadap Muslim yang terjadi setiap hari.
DITIB, yang dekat dengan pemerintah Turki, mengatakan bahwa sikap diam semacam itu dipandang oleh ekstrimis kanan jauh dan “cabang-cabang kelompok teroris asing” sebagai toleransi diam-diam terhadap tindakan mereka.
Polisi mengatakan serangan atas masjid di distrik Reinickendorf di Berlin dilakukan oleh tiga orang remaja. Tidak ada korban luka dalam aksi pembakaran itu. Namun, pengelola masjid mengatakan bagian interior masjid rusak seluruhnya.
Dalam insiden terpisah yang juga terjadi pada hari Ahad, bom molotov dilemparkan ke kantor asosiasi imigran Turki di kota kecil Meschede. Sementara pada hari Jumat sebuah masjid di Lauffen, bagian selatan Jerman, dibakar. Tidak ada korban luka dalam kejadian-kejadian itu, yang saat ini masih diselidiki pihak berwenang.
Belum lama ini Kementerian Dalam Negeri mengungkap data yang menunjukkan sekitar 950 serangan anti-Muslim dilakukan di wilayah Jerman pada tahun 2017. Kebanyakan dari serangan itu dilakukan oleh elemen-elemen kanan jauh.
Kepolisian Jerman juga menyelidiki kemungkinan motif politik dalam serangan-serangan terakhir terhadap masjid, di tengah-tengah meningkatnya kemarahan di kalangan etnis Kurdi terhadap militer Turki yang melancarkan serangan di Afrin, bagian utara Suriah tempat kebanyakan komunitas Kurdi tinggal.*