Hidayatullah.com–Profesor Universitas Oxford mengatakan pada hari Senin bahwa dia telah terlibat dalam hubungan seks dengan dua wanita di Prancis yang disebutnya hubungan berdasarkan consensus yang disebutnya ‘submissive-dominant’ namun menolak tuduhan pemerkosaan.
Ini pertama kalinya dalam waktu satu tahun profesor Universitas Oxford, yang telah mengambil cuti dari institusi Inggris itu mengaku telah melakukan hubungan seksual dengan pihak penggugat.
“Dia akhirnya bisa berbicara dengan bebas, dan dia lega,” kata pengacaranya, Emmanuel Marsigny, kepada para wartawan setelah cucu pendiri Ikhwan Hasan Albanna terjerat kasus berat.
Ramadan, menurut pengacaranya, mengatakan, dia memiliki ‘relasi yang mirip dengan permainan seks jenis dominan yang tunduk, tetapi selalu dengan cara konsensus dan tahu,’ kata pengacaranya.
Selama beberapa kali sidang dan dalam wawancara di media, Ramadan membantah melakukan pemerkosaan. Bahkan, dia juga membantah melakukan hubungan seks dengan para wanita yang menuntutnya di pengadilan.
Emmanuel Marsigny, mengatakan Ramadan tercatat sebagai akademisi Swiss telah mengubah pendiriannya tentang apa yang terjadi sebenarnya. Pengakuan Ramadan memiliki kontak seksual dengan para wanita tersebut terungkap dari pesan teks antara dia dan dua perempuan yang membuat tuduhan pemerkosaan.
“Pesan-pesan itu menunjukkan bahwa penggugat berbohong dan bahwa perjumpaan seksual itu diinginkan, dilakukan secara konsensus dan bahkan dicari lagi setelah itu,” kata Marsigny membela kliennya.
“Penyingkapan pesan-pesan ini telah memungkinkan dia untuk mengakui bahwa dia memiliki hubungan seksual dengan para wanita,” ujar Marsigny, yang dikutip AFP, Selasa (23/10/2018).
Ramadan dipenjara sejak Februari dalam proses investigasi tuduhan perkosaan terhadap beberapa wanita.
Warga negara Swiss ini sejak tahun 2009 menjadi profesor studi Islam kontemporer di St Antony’s College, Oxford. Dia juga pernah menjabat ditunjuk sebagai anggota sebuah tim penasihat Kementerian Luar Negeri Inggris untuk kebebasan beragama.*