Hidayatullah.com—Europol hari Jumat (18/10/2019) merilis nama-nama buronan wanita yang paling dicari, sebagai bagian dari upaya melacak orang-orang pelaku kejahatan paling serius di Eropa.
Kampanye “Crime Has No Gender” (Kejahatan Tak Mengenal Gender) yang dirilis otoritas penegakan hukum Uni Eropa itu mengungkap identitas orang-orang yang paling dicari dari 21 negara anggota UE, yang 18 di antaranya adalah wanita.
Para tersangka yang diburu aparat hukum itu terlibat kasus pembunuhan, perdagangan narkoba dan manusia, kekerasan terhadap anak serta kejahatan finansial.
Termasuk dalam daftar itu adalah Zorka Rogic, yang dicari aparat Kroasia dalam kasus perdagangan narkoba dan senjata, warga Nigeria Jessica Edosomwan yang terlibat dalam jaringan penyelundupan manusia yang membujuk rayu 60 wanita ke Prancis dan menjadikan mereka pelacur, serta warga Polandia bernama Dorota Kazmierska yang mangkir dari hukuman penjara 25 tahun untuk kasus pembunuhan tahun 2008.
“Orang biasanya mengira kejahatan tidak dilakukan oleh para wanita, tetapi sesungguhnya mereka melakukannya dan sama seriusnya dengan kejahatan yang dilakukan oleh kaum pria,” kata jubir Europol Tine Hollevoet kepada kantor berita AFP seperti dilansir DW.
Kampanye interaktif di website Europol mula-mulanya menunjukkan para tersangka tertutup topeng sebelum akhirnya wajah mereka ditampakkan.
“Idenya adalah untuk menarik sebanyak mungkin pengunjung, pengalaman kami menunjukkan bahwa semakin banyak mata yang melihat wajah para buronan, semakin tinggi peluang untuk menemukan lokasi dan menangkap orang yang dicari tersebut,” imbuh Hollevoet.
Europol mengatakan kepada DW bahwa laman web daftar buronan rata-rata dilihat oleh 12.000 pengunjung, semasa kampanye biasanya naik hingga beberapa ratus ribu.
Europol mengatakan informasi bisa diberikan kepada mereka secara anonim lewat website, atau secara langsung ke pihak penyidik di negara Uni Eropa yang memburu penjahat bersangkutan.
Menurut Europol, kampanye ‘most wanted’ yang digelar sebelumnya berhasil menjaring 69 buronan, sebagian menyerahkan diri sendiri setelah identitasnya diekspos ke publik.
Jumlah wanita yang terlibat dalam aksi kejahatan meningkat dalam beberapa tahun terakhir, kata Europol, seraya meminta agar para peneliti dan akademisi melakukan lebih banyak riset guna mengetahui apakah kebijakan penegakan hukum perlu disesuaikan guna mengurangi keterlibatan wanita dalam tindak kejahatan.*