Hidayatullah.com—Seorang wanita Uni Emirat Arab (UEA) akhirnya sadar kembali setelah menjadi koma selama 28 tahun. Munira Abdullah, demikian namanya, mengalami koma akibat cedera otak setelah musibah kecelakaan di UEA pada tahun 1991.
Saat kejadian, Munira tengah menjemput putranya, Omar Webair, di sebuah sekolah di Kota Al Ain. Kendaraan mereka bertabrakan dengan bus sekolah. Munira mengalami cedera otak serius. Sementara Omar –yang saat itu dalam pelukan sang ibu– lolos dari kecelakaan dan hanya mengalami memar di kepala. Pada saat itu usia Munira 32 tahun.
“Saya berusia empat tahun ketika kecelakaan itu terjadi, dan kami dulu tinggal di Al Ain,” kata Webair dikutip The Independent, Senin (22/04/2019).
“Hari itu, tidak ada bus di sekolah untuk membawaku pulang.”
Sekitar jam 4 sore, Munira, yang ditemani saudara iparnya, menjemput Omar muda.
“Ibuku sedang duduk bersamaku di kursi belakang. Ketika dia melihat kecelakaan itu datang, dia memelukku untuk melindungi saya dari benturan itu,” tutur Webair.
Saat itu Omar dan ibunya duduk di kursi belakang.
Para dokter percaya Munira mungkin tidak akan pernah membuka matanya lagi.
Tahun 2017, Munira dibawa ke rumah sakit di Jerman dan dirawat melalui berbagai metode terapi fisik dan obat-obatan. Dia mulai merespons tahun lalu.
Meski mengalami koma, tetapi putranya, Omar tidak pernah kehilangan harapan, dia yakin suatu hari ibunya akan bangun.
“Saya tidak pernah berhenti berharap karena saya yakin dia akan menyadari koma suatu hari,” kata Omar, seperti dikutip oleh The Independent.
Munira telah menghabiskan bertahun-tahun di rumah sakit di UEA, pindah dari satu tempat ke tempat lain karena kendala asuransi.
Bulan April 2017, Putra Mahkota Abu Dhabi mendengar tentang kisahnya. Pangeran Mohammed bin Zayed, menawarkan untuk mereka pembayaran perawatan khusus di Jerman.
Abdullah menjalani operasi untuk mengobati otot tungkai yang melemah di Jerman. Dokter di Klinik Schoen di Bad Aibling, sekitar 50 kilometer tenggara Munich, memprioritaskan terapi fisik dan mengendalikan epilepsi-nya.
“Tujuan utama kami adalah memberikan kesadaran lemahnya kesempatan untuk mengembangkan dan makmur dalam tubuh yang sehat, seperti tanaman halus yang membutuhkan tanah yang baik untuk tumbuh,” kata Dr Ahmad Ryll, ahli saraf Abdullah di Jerman, mengatakan kepada The National.
Juni lalu, selama minggu terakhir Abdullah di Jerman, ada hal yang tak terduga terjadi.
Kebetulan ada kesalahpahaman di kamar rumah sakit, dimana Omar Webair merasa sangat beresiko bagi ibunya. Omar terlibat dalam pertengkaran di samping tempat tidur ibunya, namun justru dari peristiwa inilah dia menyadari sang ibu mulai bergerak.
Sejak itu, ibunya seperti mendapatkan kesadaran dari orang-orang di sekitarnya.
“Metode pengobatan Jerman membuat ibuku lebih baik. Dia mulai berbicara dan namaku adalah kata pertama yang keluar dari mulutnya.
“Sejak itu, kondisi ibu telah membaik dan sekarang, dia dapat berbicara seperti biasa, tidak pernah berharap,” katanya.
Munira kini mampu menjawab pertanyaan, meskipun dengan kesulitan, dan membaca ayat-ayat dari Al-Qur’an. Dia baru-baru ini mengunjungi Masjid Agung Sheikh Zayed, yang belum dibangun ketika dia sedang terluka, ditemani media UEA, The National.
Munira telah kembali ke Abu Dhabi bersama keluarganya, di mana ia akan terus menerima perawatan.*