Hidayatullah.com–Delegasi Kamar Dagang Indonesia (KADIN) tiba di ‘Israel’ dan bertemu selama akhir pekan dengan para pejabat senior Bursa Berlian ‘Israel’ di Ramat Gan.
Tujuh perwakilan dari negara Muslim terbesar di dunia itu bertemu Perwakilan Unit Informasi dan Intelijen Bisnis Institut Ekspor ‘Israel’.
Delegasi, pengusaha dan pejabat Organisasi Perdagangan Indonesia, dipimpin oleh Mufti Hamka Hasan, Wakil Presiden Kamar Dagang Indonesia (KADIN) yang bertanggung jawab atas Timur Tengah.
Pertemuan terkait masalah pertukaran pengetahuan dan pembentukan hubungan perdagangan di industri berlian, dan kedua belah pihak sepakat untuk mempromosikan kerja sama, kutip Jerusalem Post, Rabu (10/07/2019).
Kunjungan delegasi Indonesia ini diatur dan diselenggarakan oleh atase Institut Ekspor Badan Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perekonomian ‘Israel’, Yoav Sidel, serta CEO ISDE, Eran Zini. Sidel ditempatkan di Kedutaan Besar ‘Israel’ di Singapura.
Para pengusaha dari Indonesia terutama tertarik pada bidang pertanian, teknologi medis, tekstil dan, tentu saja, berlian.
Yoram Dvash, Presiden ‘Israel’ Diamond Exchange yang menjadi tuan rumah delegasi tersebut, menyatakan bahwa “kunjungan ini adalah bagian dari tren yang sangat penting untuk memperkuat ikatan perusahaan dan pengusaha Muslim dengan ‘Negara ‘Israel’’ dan dengan orang ‘Israel’.”
“Tidak ada keraguan bahwa kekuatan Pertukaran Berlian ‘Israel’ adalah sumber minat bagi industri berlian di setiap negara, dan merupakan motif kuat bagi negara-negara untuk berdagang dengan kami,” tambahnya.
Kunjungan ini bergabung dengan kunjungan Presiden Bursa Emas Dubai ke ‘‘Israel’’ awal bulan ini, di mana ia menghadiri pertemuan para presiden federasi Berlian Dunia.
“Kami akan terus bekerja keras untuk memperdalam ikatan bisnis anggota pertukaran berlian ‘Israel’ dengan pasar baru termasuk pasar Indonesia,” kata Dvash.
’’Israel’’ dan Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, dan Jakarta bersikap bermusuhan terhadap Yerusalem. Namun, delegasi dari negara Muslim tiba di ‘Israel’ secara berkala untuk perdagangan dan pertukaran pengetahuan.
Meski mayoritas masyarakat Indonesia tak menginginkan Indonesia memilikin hubungan dengan negara penjajah Palestina ini, secara diam-diam, hubungan dengan ‘Israel’ terus terjalin.
Menurut World Bank periode 2012-2016, Indonesia mencatat defisit perdagangan dengan ‘Israel’. Namun, tak demikian dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Merujuk data Kemendag pada periode 2013-2017 tersebut, nilai transaksi perda.
Di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, Indonesia pernah menjalin kerjasama dengan ‘Israel’.
Hubungan perdagangan yang telah terputus sejak tahun 1967 diwujudkan saat Menteri Perindustrian dan Perdagangan dipimpin Luhut Binsar Pandjaitan pada tahun 2001.
Melalui Surat Keputusan Menperindag No.23/MPP/01/2001 tertanggal 10 Januari 2001 tertuang legalnya hubungan dagang antara RI dengan Zionis-’Israel’.*