Hidayatullah.com—Seorang uskup agung di Polandia memperingatkan akan “wabah pelangi” di tengah ketegangan di negara itu soal hak-hak kaum homoseksual.
Marek Jeraszewski, uskup agung Krakow, membuat pernyataan itu ketika menyampaikan kotbah gereja memperingati tahun ke-75 Warsaw Uprising.
“Kita juga mengetahui bahwa tanah air kita syukurnya tidak lagi dijangkiti wabah merah (merujuk pada komunisme), tetapi bukan berarti tidak ada lagi yang berupaya untuk menguasai negeri kita, hati kita dan pikiran kita,” kata Jedraszewski seperti dilansir Euronews Jumat (2/8/2019).
“Wabah” yang baru ini “bukan Marxis, bukan Bolshevik, tetapi lahir dari semangat yang sama, neo-Marxist. Bukan merah, melainkan pelangi,” kata Jedraszewski lagi.
Bendera warna-warni seperti pelangi merupakan salah satu simbol yang dikenal dari komunitas LGBT dan sering terlihat ketika kaum homoseksual berlenggak-lenggok di jalanan berpawai.
Pernyataan Jedraszewski itu muncul di tengah ketegangan antara komunitas LGBT dengan berbagai institusi di Polandia.
Bulan lalu, pawai LGBT di kota Bialystok menjadi target kelompok kanan-jauh.
Penguasa di Polandia saat ini Partai Hukum dan Keadilan (PiS) belum lama ini meluncurkan kampanye anti-LGBT menjelang pemilu bulan Oktober. Gereja Katolik Polandia yang masih memiliki pengaruuh besar dalam masyarakat juga menampakkan ketidaksukaannya terhadap homoseksual yang gencar melakukan pawai di mana-mana.
Pekan-pekan belakangan, koran konservatif Polandia membagikan stiker “LGBT-free zone”.
Perkawinan sesama jenis dinyatakan ilegal di Polandia, tidak seperti kebanyakan negara Eropa lain.
Kotbah gereja itu disampaikan oleh Uskup Agung Krakow Marek Jedraszewski di Basilika Santa Maria dalam peringatan Warsaw Uprising, perlawanan rakyat Polandia menentang penjajahan Jerman di tahun 1944 yang memakan korban ribuan nyawa.
Teolog Jaroslaw Makowski mengkritik Jedraszewski. Kepada stasiun televisi TVN dia berkata, “Ucapan semacam itu seharusnya tidak diutarakan oleh siapapun, tidak oleh seorang pendeta, seorang uskup, bahkan oleh siapapun umat Kristen. Ucapan itu sangat keterlaluan, dan pada saat yang sama, menunjukkan ke mana arah Gereja Polandia menuju.”*