Hidayatullah.com– Rakyat Jerman merayakan 30 tahun jatuhnya Tembok Berlin yang sempat memisahkan negara itu menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier pada perayaan di tugu Bernauer Strasse Berlin Wall Memorial, Sabtu (09/11/2019) itu, menyampaikan terima kasihnya terhadap rakyat eks Jerman Timur yang mendukung upaya perdamaian dan penyatuan dua wilayah.
“Bersama para sahabat, kita mensyukuri peristiwa pada 30 tahun lalu,” ujar Steinmeir.
Acara peringatan itu dihadiri pula oleh Kanselir Jerman Angela Merkel dan beberapa petinggi negara dari Polandia, Hungaria, Slowakia, serta Republik Ceko.
“Tanpa ada keberanian dan keinginan bebas dari rakyat Polandia, Hungaria, Ceko, dan Slowakia, upaya perdamaian di Eropa Timur serta penyatuan Jerman tidak akan terjadi,” kata Steinmeir.
Pada kesempatan tersebut, Steinmeier bersama presiden sejumlah negara seperti Polandia, Hungaria, Slowakia, dan Republik Ceko meletakkan bunga mawar di sisa-sisa reruntuhan tembok.
Selain upacara peringatan, perayaan jatuhnya Tembok Berlin dilanjutkan dengan pesta rakyat di Gerbang Brandenburg pada sore harinya. Pesta rakyat tersebut diisi dengan pertunjukkan musik orkestra oleh Daniel Barenboim, serta musik elektro yang dipandu oleh DJ terkenal Jerman, WestBam.
Jatuhnya Tembok Berlin mengakhiri terpisahnya Jerman Timur dengan sistem pemerintahan Komunis dan Jerman Barat dengan sistem Kapitalis yang berlangsung selama tiga dasawarsa. Perang dingin antara dua wilayah tersebut pun berakhir dengan penyatuan Jerman di tahun 1990.
Untuk pertama kalinya, Agustus 1989, Pemerintah Hungaria mengizinkan warga dari Jerman Timur melintasi perbatasan dengan bebas ke Austria. Kebijakan ini menjadi awal mula jatuhnya Tembok Berlin pada tiga bulan kemudian, serta mengakhiri rezim negara tertutup (iron curtain) di kawasan.
Steinmeier menjelaskan jatuhnya Tembok Berlin bukan merupakan akhir dari perjalanan sejarah sebagaimana disampaikan sejarawan Amerika Serikat, Francis Fukuyama dalam bukunya. Dinamika politik di Jerman, menurut dia, terus berlanjut. Bahkan, masa depan tidak sepasti sebagaimana yang dibayangkan banyak pihak.
“Sistem demokrasi liberal saat ini tengah menghadapi tantangan dan banyak dipertanyakan,” ujar Steinmeier. Sehingga, tambahnya, Jerman dan negara-negara lain di Eropa perlu terus menjalankan kewajibannya mengatasi perbedaan antarpihak demi menjaga perdamaian dan kesatuan Eropa.
Pesan Steinmeier diulang kembali oleh Merkal pada pidato singkatnya saat upacara peringatan.
“Nilai-nilai yang menjadi dasar berdirinya Eropa seperti kebebasan, demokrasi, kesetaraan, aturan hukum, hak asasi manusia, dan prinsip lainnya tidak perlu dibuktikan kembali kesahihannya. Prinsip-prinsip itu perlu terus diperjuangkan dalam kehidupan bernegara setiap harinya,” sebut Merkel.*