Hidayatullah.com—Menteri Pertanian Kenya melarang penyembelihan keledai dan memerintahkan penutupan semua rumah jagal yang menyembelih hewan itu.
Peter Munya memberikan waktu kepada pemilik empat rumah jagal keledai yang ada di Kenya satu bulan masa transisi menjadi rumah jagal hewan ternak seperti sapi dan kambing. Menteri Munya mengatakan mereka yang tidak mengikuti aturan maka bisnisnya akan ditutup.
Pengumuman Munya itu disampaikan pada Senin malam (24/2/2020), setelah menggelar pembicaraan dengan sekelompok petani yang melakukan protes di luar kantor Kementerian Pertanian, lapor BBC.
Para petani mengatakan tingginya angka permintaan atas keledai mengakibatkan maraknya pencurian hewan tersebut.
Di kawasan pedesaan di Kenya, keledai merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Warga menggunakannya sebagai alat angkut ketika mengumpulkan kayu bakar dan mengambil air, serta untuk banyak kegiatan lain. Di sebagian kelompok masyarakat juga berlaku tabu mengkonsumsi daging keledai.
Ada kekhawatiran di Kenya bahwa populasi keledai di negara itu akan habis apabila tidak diambil tindakan tegas terhadap aktivitas penyembelihannya.
Diperkirakan saat ini sekitar 1.000 ekor keledai dijagal setiap hari di Kenya, dan apabila itu terus terjadi maka populasinya bisa nol dalam kurun 10 tahun.
Ekspor daging keledai ke China mendongkrak permintaan, sebab gelatin yang dibuat dari rebusan kulit keledai merupakan bahan esensial yang dipakai dalam produk-produk “ejiao” China, makanan kesehatan populer dan obat-obatan tradisional.
Ketika rumah jagal keledai pertama didirikan di Kenya pada tahun 2016, seekor keledai dijual sekita $50, tetapi kemudian harganya meroket menjadi $200, menurut laporan Africa Network for Animal Welfare belum lama ini.*