Hidayatullah.com– Yunani membantah klaim Turki bahwa pihaknya menembakkan peluru tajam ke arah para pengungsi dan imigran di perbatasan. Sebelumnya, beberapa pengungsi diduga terluka dan salah satunya meninggal kemudian lapor Al Jazeera.
“Saya menyangkalnya mentah-mentah,” juru bicara Yunani Stelios Petsas mengatakan pada wartawan ketika ditanya tentang tuduhan Turki pada Rabu.
“Turki mengarang dan menyiarkan berita palsu mengenai negara kami,” kata Petsas. “Negara itu mengarang berita palsu lain hari ini, mengenai luka-luka akibat tembakan Yunani.”
Tuduhan itu dibuat oleh kantor kegubernuran Edirne, provinsi barat laut Turki yang berbatasan dengan Yunani, pada Rabu (4/3) pagi.
“Enam orang terluka setelah peluru tajam digunakan,” kantor gubernur mengatakan. Kantor gubernur Edirne menambahkan salah satu dari laki-laki yang tertembak kemudian meninggal akibat lukanya. “Anggota Komisi HAM Parlemen Turki, di antara yang lain, telah menyaksikan peristiwa itu,” kata Kantor Gubernur Edirne.
Sebuah video yang dibagikan kepada para jurnalis oleh pihak berwenang Turki juga tampak menunjukkan ketegangan sekelompok orang berjumlah puluhan. Meskipun tingkat kekerasan yang sebenarnya terjadi tidak jelas dari rekaman itu.
Yunani menuduh pihak berwenang Turki secara sistematis mengeluarkan pernyataan menyesatkan terkait pergerakan pencari suaka di perbatasan. Ankara pada Ahad lalu mengumumkan pihaknya tidak akan lagi menahan perjalanan mereka ke Eropa. Petsas pada Rabu mengatakan klaim oleh Turki bahwa telah mengizinkan 100.000 orang menyeberangi perbatasan juga palsu.
“Sepanjang hari, kami mendengar bom suara,” kata Natasha Ghoneim dari Al Jazeera, melaporkan dari sisi perbatasan Turki.
“Saya melihat asap, api dan pengungsi yang kembali dari pos pemeriksaan mengatakan kepada kami tentang tembakan gas air mata yang terus-menerus. Kami juga menyaksikan beberapa ambulans meninggalkan tempat kejadian – anda dapat mendengar sirine selama setengah jam.
“Pemerintah Yunani … mengatakan tidak ada seorangpun yang terbunuh di perbatasan hari ini dan mereka tidak menggunakan peluru tajam.”
Para pengungsi di perbatasan sisi Turki telah menceritakan kepada Al Jazeera tentang perlakuan polisi Yunani kepada mereka.
“Banyak dari mereka mampu menyeberang ke Yunani,” kata Ghoneim. “Mereka mengatakan, setibanya di sana, polisi memukuli mereka, menyita telepon genggam mereka, uang, dokumen penting, dan langsung mendeportasi mereka.
“Itu sesuai dengan kebijakan pemerintah Yunani tentang deportasi cepat; mereka telah melarang pemrosesan permohonan suaka. Badan pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan negara-negara tidak boleh menggunakan kekuatan yang berlebihan atau tidak proporsional dan bahwa permohonan suaka harus diproses dengan ‘cara yang tertib’.
“Sementara itu, Human Rights Watch menyatakan keprihatinan bahwa di bawah hukum internasional hak-hak pengungsi dan migran mungkin dilanggar jika mereka tidak dapat mengajukan permohonan suaka.”*