Hidayatullah.com–Gereja-gereja Katolik seharusnya dibuka lebih dahulu sebelum gereja Pantekosta atau masjid, mengingat perbedaan tatacara peribadatan mereka, kata pemimpin gereja Katolik di wilayah England dan Wales.
Tempat-tempat peribadatan dalam kebijakan lockdown Covid-19 Di Inggris termasuk tahap ketiga dalam strategi pemulihan yang dibuat pemerintah, artinya mereka tidak dapat dibuka kembali sampai paling cepat tanggal 4 Juli.
Namun, Kardinal Vincent Nichols, uskup agung Westminster, mengatakan gereja Katolik seharusnya diperbolehkan buka untuk peribadatan pribadi oleh individu sebelum tempat ibadah dibuka untuk peribadatan yang menghadirkan banyak orang.
Dilansir The Guardian, berbicara dalam program Radio 4’s Today Hari Kamis (14/5/2020), Nichols berkata, “Isu-isu tentang bagaimana orang dapat mempraktikkan ajaran agamanya merupakan masalah yang luas dan mendalam serta sensitif, dan kami mengharapkan sedikit lebih banyak sensitivitas dari pemerintah.”
Sejak lockdown diberlakukan di Inggris, Gereja Katolik kreatif memindahkan misa dan kebaktian lain ke jalur online. “Namun, ada perasaan yang sangat besar di lingkungan komunitas keagamaan terkait keinginan untuk dapat kembali menjalankan ajaran agamanya secara penuh selama mereka dapat melakukannya dengan aman,” kata Nichols.
“Saya ingin melihat gereja-gereja tersedia bagi orang-orang yang ingin bersimpuh dan mengutarakan doa-doa mereka secara privat, sendirian dan itu artinya ada pengawasan rutin, menjaga jarak sosial, menjaga kebersihan,dan semua hal yang kita yakini dapat dilakukan.”
Lebih lanjut Nichols mengatakan bahwa gugus tugas pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 perlu memahami adanya perbedaan tatacara peribadatan individual dalam Katolik, yang berbeda dengan yang dilakukan di tempat ibadah lainnya.
“Peribadatan personal, individual di dalam gereja Katolik bukanlah sesuatu yang banyak dilakukan di gereja-gereja Pantekosta yang cenderung melibatkan kerumunan besar. Itu bukan seperti yang dilakukan di masjid-masjid, di mana orang beribadah saling bersebelahan. Jadi kita perlu sedikit cara berpikir yang berbeda,” kata Nichols.
“Kalau boleh saya menggunakan olahraga sebagai analogi. Sekarang ini, tidak apa-apa bermain tenis bersama keluarga. Setelah itu, tidak apa-apa bermain-main bersama teman di taman. Masih butuh beberapa waktu lagi sebelum kita akhirnya boleh menonton pertandingan sepakbola. Itu semua dalam olahraga, tetapi kita saja perlu berpikir untuk membedakan. Sekarang kita bicara soal pelaksanaan ajaran agama yang mana juga kita perlu melakukan pembedaan.”
Nichols mengatakan bahwa Gereja Katolik sudah menyerahkan proposal detil tentang bagaimana membuka kembali gereja-gereja, langkah demi langkah.
Ratusan ribu penganut Katolik sudah mengikuti misa online. “Namun setiap orang ingin mendapatkan komuni kudus. Bagi kami itu seperti puasa, puasa yang sangat menyakitkan, dan demikian pula bagi agama-agama lainnya,” kata Nichols, mengutip pengorbanan Muslim yang tidak dapat pergi ke masjid selama Ramadhan. “Saat ini sedang terjadi pengorbanan spiritual yang sangat dalam.”*