Hidayatullah.com—Unit kontraterorisme Austria sudah memulai penyelidikan setelah seorang pria berusia 43 tahun, yang diakui dari etnis Chechen, ditembak mati di dekat kota Wina, kata pejabat kepolisian hari Ahad (5/7/2020).
Serangan terjadi pada Sabtu malam di Gerasdorf dekat Wina di pekarangan sebuah perusahaan konstruksi.
Kepolisian Austria mengatakan bahwa pihaknya berhasil menangkap seorang pria Rusia berusia 47 tahun setelah terjadi aksi kejar-kejaran kendaraan di kota Linz, sekitar 180 kilometer dari Wina.
Pria kedua, yang awalnya dianggap sebagai saksi, ditangkap kemudian pada hari Ahad dan dibawa untuk diinterogasi, kata seorang jubir pengadilan seperti dilansir Deutsche Welle.
“Situasi yang melatarbelakangi tindak kejahatan ini masih belum jelas,” kata polisi, tetapi menambahkan bahwa kasus ini sekarang ditangani oleh Kantor Perlindungan Konstitusi dan Kontraterorisme Austria.
Media di Austria dan Rusia melaporkan bahwa korban berasal dari Republik Chechnya, negara di kawasan Kaukasus Utara yang tergabung dalam Federasi Rusia. Media Austria melaporkan pembunuhan itu kemungkinan bermotif politik
Koran Austria Kurier mengatakan korban merupakan seorang aktivis yang vokal mengkritik Ramzan Kadyrov, pemimpin Republik Chechnya yang sudah berkuasa selama lebih dari 10 tahun dan dulunya merupakan pejuang kemerdekaan Chechnya melawan Rusia yang kemudian justru mendukung Kremlin.
Pihak berwenang Austria mengatakan korban tiba di negara itu pada tahun 2007 sebagai pengungsi dan menolak perlindungan kepolisian.
Pembunuhan hari Sabtu itu kembali menyoroti masalah keselamatan para disiden Chechnya yang tinggal di pengasingan.
Pada bulan Januari, pemimpin oposisi Chechnya Imran Aliev ditemukan tidak bernyawa akibat 135 luka tusukan di sebuah kamar hotel di kota Lille, bagian utara Prancis.
Pihak kejaksaan di Jerman menuding Moskow berada di belakang pembunuhan seorang pria etnis Chechen di Berlin tahun lalu.
Pada tahun 2009, seorang pengungsi Chechnya ditembak mati di sebuah jalan di kota Wina. Investigator menyimpulkan pembunuhan itu merupakan aksi penculikan yang gagal tidak sesuai rencana, yang kemungkinan dilaksanakan dengan sepengetahuan Ramzan Kadyrov.
Chechnya merupakan negara republik dalam Federasi Rusia yang mayoritas penduduknya Muslim. Dua perang pada tahun 1990-an menyebabkan gelombang emigrasi yang mana kebanyakan orang etnis Chechen memilih tinggal di negara-negara Eropa Barat.
Beberapa tahun belakangan, cukup banyak etnis Chechen yang pergi meninggalkan negaranya karena tidak setuju dengan kepemimpinan Kadyrov. Para pengkritik menuding Kadyrov yang pro-Moskow melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia dan pemerintahannya diliputi dengan korupsi.*