Hidayatullah.com—Pemerintah Sudan mengirimkan pasukan ke Darfur, menyusul meningkatnya aksi kekerasan di sana.
Perdana Menteri Abdalla Hamdouk mengatakan pasukan tersebut akan melindungi warga selama musim bercocok tanam.
Kelompok orang bersenjata tak dikenal membunuh lebih dari 60 orang di kawasan itu hari Sabtu, dan 20 orang lain sehari sebelumnya, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa seperti dilansir BBC Senin (27/7/2020).
Ratusan ribu orang tewas di Darfur akibat pertikaian bersenjata antara pasukan pemerintah dan pemberontak sejak 2003. Jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka sehingga menjadi pengungsi.
Dalam peristiwa beberapa waktu belakangan ini, sejumlah desa dibakar, pasar-pasar dan toko-toko dijarah kata UN Office for the Co-ordination of Humanitarian Affairs (OCHA).
“Eskalasi kekerasan di berbagai tempat di Darfur menyebabkan peningkatan jumlah orang yang kehilangan tempat tinggal, mengganggu musim bercocok tanam, menyebabkan banyak nyawa dan mata pencaharian hilang, serta mendorong kebutuhan akan bantuan kemanusiaan,” kata OCHA dalam sebuah pernyataan.
Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab sebagai pelaku serangan-serangan itu.
Mantan presiden Omar Al-Bashir, yang dilengserkan dari kursi kekuasaan tahun lalu lewat kudeta militer, merupakan buronan yang dicari Mahkamah Kejahatan Internasional (ICJ) dengan tuduhan terlibat dalam genosida dan kejahatan perang di kawasan Darfur.*