Hidayatullah.com—Komunitas Yahudi yang tersisa di Yaman akan bermigrasi ke Abu Dhabi menyusul kesepakatan damai antara UEA dan Zionis ‘Israel’, demikian lapor Al-Araby Al-Jadeed pada akhir pekan lalu. Menurut seorang rabi Yaman, rencananya akan ada 100 orang Yahudi dipindahkan ke UEA, meskipun perkiraan sebelumnya menyebutkan komunitas tersebut hanya beranggotakan 50 atau kurang.
Al-Araby menambahkan bahwa pemerintah AS berada di balik permintaan langkah tersebut, sementara UEA telah meminta Iran untuk membantu memfasilitasi pemindahan tersebut. Laporan itu, yang belum dikonfirmasi oleh sumber resmi, juga menunjukkan sekitar 40 orang Yahudi Yaman telah setuju untuk pindah dan yang lainnya dibujuk dengan diberitahu bahwa mereka tidak akan memiliki masalah dalam berintegrasi ke dalam masyarakat UEA.
Sebagian besar Yahudi Yaman, yang berjumlah 50.000 diterbangkan ke ‘Israel’ tidak lama setelah entitas Zionis itu didirikan pada tahun 1948 dalam Operasi Karpet Merah (1949-1950). Bulan lalu, seorang rabbi Yahudi Yaman yang bermigrasi ke AS mengatakan orang-orang Yahudi yang menolak pergi ke ‘Israel’ karena “ketakutan mereka terhadap masalah pendidikan dan [kesopanan] tznius,” menurut Yeshiva World News.
“Mereka mendengar dari saudara-saudara mereka yang melakukan ‘Aliyah’ dan memahami bahwa ‘Israel’ bukanlah untuk mereka,” katanya. “AS juga tidak sesuai dengan gaya hidup mereka. Mereka mencari sebuah negara Arab yang setuju untuk menerima mereka, dan ada sejumlah negara yang mungkin bersedia menerima mereka dengan bantuan dari AS. Mungkin kita akan pantas untuk segera melihat komunitas baru Yaman di negara dengan sifat Arab yang serupa tetapi tanpa ancaman terhadap keamanan dan yahadus [Yudaisme],” tambahnya.
Yahudi Yaman beranggapan bermigrasi ke ‘Israel’ menyebabkan banyak permasalahan karena Badan Yahudi sekuler ‘Israel’ yang bertanggungjawab dengan integrasi mereka banyak memaksa para imigran Yahudi untuk mengesampingkan praktik keagamaan. Selain itu juga pemaksaan beberapa tradisi dan kebiasaan kuno, dalam proses menjadi warga dari entitas Zionis itu.
Ada juga skandal yang melibatkan hilangnya ribuan anak-anak dan bayi yang lahir dari Mizrahi. Kebanyakan imigran Yaman, diyakini secara luas banyak yang diculik dari rumah sakit dan diberikan atau dijual kepada pasangan Ashkenazi yang lebih kaya.
Bulan lalu dilaporkan di beberapa saluran media Yaman dan surat kabar Mesir Al-Mesryoon, bahwa gerakan pemberontak Syiah Houthi di Yaman telah mulai mengumpulkan orang-orang Yahudi dan memenjarakan mereka. Menurut media itu, orang Yahudi dipenjara karena keyakinan mereka dan menekan mereka untuk meninggalkan negara itu.
Namun, Jerusalem Post telah bertanya kepada Kementerian Luar Negeri Israel tentang kebenaran laporan tersebut, yang tampaknya salah. Organisasi internasional lain yang memiliki koneksi dengan komunitas Yahudi di Yaman juga mengatakan kepada Jerusalem Post bahwa mereka menyelidiki laporan tersebut yang ternyata tidak benar.
Normalisasi hubungan antara UEA dan Israel terjadi beberapa hari setelah dilaporkan bahwa UEA membantu menyatukan kembali keluarga Yahudi Yaman dengan anggota lainnya di London setelah 15 tahun berpisah. Otoritas UEA memfasilitasi perjalanan ibu dan ayah dari Yaman ke UEA, serta mengatur agar anak dan cucu mereka yang tinggal di London bergabung dengan mereka di sana.*