Hidayatullah.com—Kelompok-kelompok advokasi membuat laporan pengaduan atas sebuah pusat detensi di Amerika Serikat dengan tuduhan mengabaikan prosedur keselamatan dalam pelayanan medis.
Laporan pengaduan itu berdasarkan informasi orang dalam, seorang perawat yang diidentifikasi bernama Dawn Wooten, yang bekerja di pusat detensi migran swasta Irwin County Detention Center di negara bagian Georgia, yang menampung para migran yang ditahan oleh Immigration and Customs Enforcement (ICE).
Dalam salah satu bagian pengaduan yang dimasukkan ke Department of Homeland Security (DHS), Departemen Keamanan Dalam Negeri AS yang membawahi ICE, pada hari Senin (14/9/2020) itu kesaksian Wooten menyebutkan tentang keresahannya akan tingginya kasus hysterectomy (operasi pengangkatan seluruh bagian rahim) yang dilakukan terhadap para wanita migran berbahasa Spanyol yang ditahan di pusat detensi tersebut.
Perawat itu mengatakan para wanita migran yang ditahan di sana mengatakan kepada dirinya bahwa mereka sama sekali tidak paham mengapa harus menjalani hysterectomy.
Pengaduan itu juga berisi tuduhan pengabaian prosedur medis terang-terangan selama masa pandemi, termasuk penolakan untuk melakukan tes Covid-19 terhadap tahanan yang mengalami gejala terjangkit coronavirus. Tidak hanya itu, pengaduan juga melaporkan tentang adanya pemalsuan catatan kesehatan tahanan.
“Saya menjadi whistleblower dan sekarang saya menjadi target,” kata Wooten dalam konferensi pers hari Selasa (15/9/2020). Namun, “saya akan menjadi target kapanpun,” imbuhnya seraya menegaskan bahwa itu lebih baik daripada dirinya menjadi bagian dari sistem yang disebutnya “tidak manusiawi”.
Laporan pengaduan itu diajukan oleh Project South, Georgia Detention Watch, Georgia Latino Alliance for Human Rights dan South Georgia Immigrant Support Network, atas nama para tahanan imigrasi dan Dawn Wooten.
Dalam pernyataan yang dirilis hari Senin, pihak ICE menyatakan menanggapi laporan itu dengan sangat serius dan pihaknya sangat berkomitmen untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan orang-orang yang berada di dalam tahanan, lansir BBC Selasa.*