Hidayatullah.com–Calon Demokrat Joe Biden secara lebih disukai ketimbang Donald Trump dari Partai Republik sebagai kandidat pilihan dunia Arab dalam kandidat presiden AS bulan depan. Laporan tersebut berdasarkan sebuah jajak pendapat yang dilansir pada hari Ahad (25/10/2020), The New Arab melaporkan.
Dari 3.097 orang yang disurvei di 18 negara Timur Tengah dan Afrika Utara, sekitar 39 persen menyukai Biden sementara hanya 12 persen memilih Trump, menurut survei yang dilakukan oleh lembaga survei Inggris YouGov.
“Ketika ditanya calon mana yang lebih baik untuk Dunia Arab jika terpilih menjadi presiden, sebagian besar percaya bahwa tidak ada calon (49 persen) yang akan memenuhi deskripsi seperti itu, namun Biden masih dianggap sebagai pilihan yang lebih baik ketimbang Trump,” kata survei tersebut.
Pemilu 3 November, di mana petahana Trump berjuang untuk mendapatkan masa jabatan kedua, sedang diawasi dengan ketat di seluruh dunia Arab, di mana Amerika Serikat memainkan peran kunci.
Trump secara luas dipandang sebagai kandidat yang disukai di antara banyak pemerintah Arab, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, karena berbagai alasan termasuk sikap kerasnya terhadap saingan regional mereka Iran.
Berbeda dengan pendahulunya Barack Obama, Trump juga dengan kukuh mendukung para penguasa Arab, termasuk Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman, dalam menghadapi tuduhan serius pelanggaran hak asasi manusia.
Namun jajak pendapat tersebut mencerminkan opini publik yang berbeda.
“Jika dunia Arab bisa memilih presiden AS berikutnya, Biden akan menang telak,” kata kepala YouGov Stephan Shakespeare kepada AFP.
“Tapi itu sebagian karena mereka tidak tahu banyak tentang Biden – hanya separuh yang mengatakan mereka pernah mendengar tentang mereka, sementara hampir semua orang pernah mendengar tentang Trump.”
Jika Biden menang, sekitar 58 persen orang Arab mengatakan dia “harus menjauhkan diri dari kebijakan pemerintahan Obama.”
Biden menjabat sebagai wakil presiden dalam pemerintahan Obama.
Trump memenangkan beberapa dukungan dalam jajak pendapat karena membatalkan perjanjian nuklir era Obama dengan Teheran dan menjatuhkan sanksi ketat terhadap rezim Iran, tetapi hanya 17 persen orang Arab yang merasa pendiriannya akan membuat kawasan itu lebih aman.
Jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa keputusan Trump pada 2017 untuk memindahkan kedutaan AS di ‘Israel’ ke Yerusalem terbukti sangat tidak populer, dengan 89 persen orang Arab menentangnya.
Jajak pendapat tersebut mencantumkan pemberdayaan kaum muda, konflik Arab-‘Israel’, dan pandemi virus corona global di antara tiga kekhawatiran teratas yang orang Arab ingin fokubides pada presiden AS berikutnya.*