Hidayatullah.com—Amerika Serikat hari Kamis (29/10/2020) mengatakan pihaknya telah menjual minyak Iran yang disitanya kepada Venezuela dengan harga $40 juta.
Pada bulan Agustus Amerika Serikat mengatakan menyita 1,1 juta barel minyak dari empat tanker yang sedang dalam perjalanan dari Iran menuju Venezuela, yang mana kedua negara itu sedang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat.
Dilansir AFP, Michel Serwin pejabat sementera kepala kejaksaan wilayah Distrik of Columbia lewat sambungan telepon kepada para wartawan mengatakan bahwa minyak sitaan yang dijual ke Venezuela, dengan harga sekitar $40 juta, dananya sebagian besar dialokasikan untuk “para korban terorisme yang disponsori negara.”
Pengadilan-pengadilan di AS memerintahkan rezim Iran membayar ganti rugi atas serangan-serangan yang dilakukan. Dalam kasus teranyar pada bulan Juli seorang hakim di AS memerintahkan Teheran membayar $879,1 juta terkait kasus pemboman di Arab Saudi tahun 1996 yang menewaskan 19 tentara angkatan udaranya.
Iran membantah dakwaan-dakwaan yang ditudingkan kepadanya dan menyatakan tidak memiliki niat untuk membayar ganti rugi yang diminta. Mereka mengatakan seharusnya justru Washington yang membayar ganti rugi untuk peristiwa-peristiwa masa lalu termasuk untuk sikap dukungan AS terhadap Saddam Hussein semasa perang Iran-Iraq.
Presiden AS Donald Trump berambisi melemahkan kekuatan Iran secara regionaldan menyingkirkan pemimpin Venezuela beraliran kiri Nicolas Maduro, yang hingga sekarang belum ada tanda akan segera turun dari kekuasaannya.
Beberapa hari menjelang pilpres, di mana Trump berhadapan dengan capres Partai Demokrat Joe Biden, yang lebih menekankan diplomasi dalam menghadapi Iran, Washington meningkatkan tekanannya kepada kedua negara.
Hari Kamis, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi terhadap delapan entitas yang berbasis di China dan Singapura atas ekspor produk petrokimia yang mereka lakukan.
Trump pada tahun 2018 mengeluarkan AS dari kesepakatan yang dilakukan Presiden Barrack Obama, yang mana isinya Iran berjanji tidak menggiatkan program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sejumlah sanksi.*