Hidayatullah.com—Demonstran di Thailand mengkritik pengeluaran istana Raja Maha Vajiralongkorn dan menggelar “peragaan busana” yang memparodikan anggota keluarga kerajaan dalam aksi unjuk rasa di Bangkok hari Kamis (29/10/2020) yang diikuti ribuan orang.
Dimulai sebagai aksi anti-pemerintah pada bulan Juli, demonstrasi di Thailand sekarang juga menyerukan reformasi kerajaan, menabrak tabu di negara itu dan melanggar undang-undang yang memenjarakan orang hingga 15 tahun karena mengkritik raja dan keluarganya.
Sejak unjuk rasa digelar hingga sekarang istana kerajaan tidak bersuara. Pemerintah juga belum memberikan komentar tentang acara hari Kamis itu, lapor Reuters.
Parodi peragaan busana itu, dilakukan oleh para aktivis yang melenggak-lenggok meniru keluarga kerajaan berjalan di atas karpet merah, digelar bertepatan dengan hari peluncuran koleksi busana karya seorang putri Raja Vajiralongkorn yang merupakan seorang busana.
Para orator dalam unjuk rasa itu mengecam apa yang mereka sebut sebagai pembelanjaan boros keluarga kerajaan di masa Thailand, negeri yang sangat bergantung pada industri pariwisata, terpukul sangat keras oleh pandemi Covid-19.
Demonstran menyerukan reformasi terhadap monarki untuk mengurangi kekuasaan raja. Mereka juga menuntut pencabutan perubahan konstitusi yang memberikan kewenangan kepada raja untuk mengontrol sebagian unit angkatan bersenjata dan kekayaan istana yang bernilai miliaran dolar.
Raja Vajiralongkorn menghabiskan sebagian besar waktunya di Jerman tahun ini, dan pada aksi unjuk rasa hari Senin demonstran menyemut di sekitar Kedutaan Jerman untuk meminta agar negara itu mencari tahu apa saja kegiatan dan gaya hidup Raja Thailand itu selama di sana.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pemerintah Jerman sejauh ini menilai Raja Thailand belum melanggar larangan berpolitik di negeri terkaya Eropa itu selama tinggal di sana, kata sebuah sumber parlemen Jerman hari Rabu.
Demonstran Thailand, yang katanya berani turun ke jalan antara lain karena terinspirasi dengan demonstran di Hong Kong, juga menuntut agar Prayuth Chan-ocha dicopot dari jabatan perdana menteri. Bekas pemimpin junta militer Thailand itu membantah tuduhan bahwa dirinya mengakali pemilu tahun lalu agar tetap berkuasa.*