Hidayatullah.com–Kepala Kemanusiaan PBB Mark Lowcock mengungkap gambaran suram penduduk di Yaman yang dilanda konflik pada Rabu (11/11/2020). Dia mengatakan para penduduk menderita kekurangan makanan dan penyakit, lapor Anadolu Agency.
“Penduduk Yaman tidak ‘lapar’ (going hungry). Mereka ‘kelaparan’ (being starved),” ungkap Lowcock dalam penjelasannya kepada Dewan Keamanan PBB. Dia mendesak pihak-pihak yang berkonflik, anggota Dewan Keamanan, donor dan organisasi kemanusiaan untuk mengakhiri penderitaan.
“Waktu hampir habis,” kata kepala kemanusiaan itu.
Dia mengatakan tanpa makanan, metabolisme tubuh melambat untuk mempertahankan energi untuk organ vital dan bahwa “lapar dan lemah, orang sering menjadi lelah, mudah tersinggung dan bingung”. “Sistem kekebalan kehilangan kekuatan. Jadi saat mereka kelaparan, orang – terutama anak-anak – lebih mungkin jatuh sakit atau meninggal karena penyakit yang mungkin mereka lawan. Tidak ada kekurangan penyakit di Yaman yang akan memangsa sistem kekebalan yang lemah ini,” dia berkata.
Mereka termasuk kolera, Covid-19, infeksi dan penyakit pernapasan lainnya seperti malaria, demam berdarah, dan difteri. “Ini adalah kematian yang mengerikan, menyiksa dan memalukan – dan itu sangat kejam di dunia, seperti dunia kita, di mana sebenarnya ada lebih dari cukup makanan untuk semua orang,” katanya.
Lowcock mendesak para donor untuk meningkatkan dukungan, dengan mengatakan lebih dari 200 juta AS Dolar janji tahun ini, termasuk pendanaan baru yang diumumkan pada bulan September, masih belum dibayarkan. Yaman telah dilanda kekerasan dan kekacauan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota, Sanaa. Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi pimpinan Saudi meluncurkan kampanye udara yang bertujuan untuk menggulung kembali keuntungan teritorial kelompok bersenjata Syiah al-Houthi.
Lebih dari 100.000 orang Yaman, termasuk warga sipil, diyakini telah tewas dalam konflik tersebut, yang menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan jutaan orang berisiko kelaparan.*