Hidayatullah.com—Toko toko amal (charity shops) di Inggris yang menjual barang bekas pakai dengan harga murah diperkirakan akan semakin mendapat banyak pelanggan ketika mereka diperbolehkan beroperasi kembali saat pembatasan Covid-19 dilonggarkan, setelah kehilangan omzet jutaan pound sejak Maret tahun lalu.
“Kami mengantisipasi perniagaan yang sangat kuat ketika toko dibuka kembali,” kata Robin Osterley dari Charity Retail Association (CRA) kepada Observer Ahad (31/1/2021).
Menurutnya peningkatan perdagangan itu akan didorong oleh dua faktor. Pertama, lonjakan donasi barang yang masuk dikarenakan orang ingin menyingkirkan kado-kado Natal yang tidak lagi ingin disimpan. Kedua, dampak kehilangan pekerjaan dan menurunnya pendapatan, sehingga memaksa orang untuk berhemat dengan membeli barang serba murah.
Pada tahun-tahun normal, toko-toko amal bisa memperoleh pemasukan £1,4 miliar, dengan sekitar £330 juta laba yang disalurkan ke organisasi-organisasi amal induk mereka. “Itu merupakan cara tercepat untuk menyuntikkan dana ke sebuah lembaga amal, dan merupakan sumber vital ‘unrestricted income’, yang artinya dapat dibelanjakan untuk apa saja,” kata Osterley. Sebagaimana diketahui, charity shops di Inggris dikelola oleh organisasi-organisasi amal seperti Oxfam, yang memiliki jaringan toko amal terbanyak.
“Kami telah kehilangan sebagian besar dari dana itu kurun 10 bulan terakhir. Dari setiap toko yang ditutup , lembaga amal di Inggris kehilangan £28juta,” imbuhnya.*