Hidayatullah.com—Serangan roket menghantam pasukan pimpinan Amerika Serikat di bagian utara Iraq sehingga menewaskan seorang tenaga kontrak dan melukai seorang personel militer AS, hari Senin (16/2/2021), kata koalisi AS di Iraq.
Roket-roket mendarat di dalam dan sekitar lingkungan pangkalan militer yang dioperasikan oleh koalisi pimpinan AS di Bandara Internasional Erbil.
Serangan itu diklaim oleh sebuah kelompok bersenjata kurang dikenal yang menamakan dirinya Saraya Awliya al-Dam, yang menurut pejabat Iraq milisi tersebut berkaitan dengan Iran. Kelompok itu mengatakan serangan mereka ditujukan kepada “pendudukan AS” di Iraq, tetapi mereka tidak memberikan bukti-bukti untuk mendukung klaimnya tersebut.
Hari Selasa (16/2/2021), lewat Twitter jubir koalisi mengatakan bahwa tenaga kontrak yang tewas bukan warga negara AS, tanpa memberikan penjelasan lain. Dia mengatakan ada tiga roket 107 mm yang mendarat di dalam lingkungan pangkalan, lapor Reuters.
Dari sembilan orang yang terluka, delapan merupakan tenaga kontrak sipil dan satu adalah tentara AS yang tidak diungkapkan namanya.
Di Washington, Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat masih memastikan siapa pelaku serangan itu.
Ketika ditanya apakah akan ada serangan balasan terhadap pelakunya, sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa Presiden pada saat ini masih menahan diri dan akan menanggapi hal itu nanti pada waktu yang tepat “dengan cara yang kami pilih.”
Serangan tersebut terjadi hanya tiga pekan sebelum Paus Fransiskus berkunjung ke Iraq pada 5-8 Maret, yang dijadwalkan juga akan mengunjungi Erbil, ibu kota wilayah otonomi Kurdi.
Dalam sebuah pernyataan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa dia telah mengontak Perdana Menteri Masrour Barzani, kepala Pemerintahan Regional Kurdistan, guna menyampaikan “janji kami untuk memdukung semua upaya penyelidikan dan meminta pertanggungjawaban” pelaku serangan.
Blinken berbicara dengan PM Iraq Mustafa Al-Kadhimi hari Selasa.
Kelompok-kelompok paramiliter di Iraq dan Yaman yang mendapat sokongan rezim Syiah Teheran melancarkan serangan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya di Arab beberapa pekan terakhir, termasuk serangan drone terhadap sebuah bandara di Arab Saudi dan serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad.
Pemerintah Iraq yang dipimpin PM Al-Kadhimi lebih condong kepada Amerika Serikat, dan sulit mengendalikan kelompok-kelompok bersenjata itu.
Kebanyakan serangan tidak menimbulkan korban atau kerusakan besar, tetapi cukup memberikan tekanan terhadap pasukan AS dan sekutu-sekutu AS di masa awal pemerintahan Presiden Joe Biden.*