Hidayatullah.com—Para pekerja yang berusaha menghalang-halangi penjualan sebuah pabrik suku cadang Renault menyandera 7 manajer selama 12 jam.
Manajer-manajer di Fonderie de Bretagne – sebuah pabrik pengecoran dekat Lorient, di Brittany, bagian barat laut France yang ditawarkan untuk dijual – disandera oleh aktivis serikat pekerja pada hari Selasa pagi (27/4/2021) dan tidak boleh pulang ke rumah sampai pukul 10.30 malam, lapor AFP.
Seorang perwakilan serikat pekerja beraliran kiri-jauh dari CGT, Mael Le Goff, mengatakan bahwa pihaknya memutuskan untuk melepaskan para manajer itu karena “mereka masih tidak mau berdialog sehingga percuma saja berusaha berbicara dengan orang yang tidak mau terlibat perundingan.”
Renault, yang mengecam keras aksi penyanderaan itu, mengatakan sedang berusaha mencari pembeli pabriknya itu, yang mempekerjakan 350 orang, guna “melanggengkan aktivitas di tempat itu dan menyelamatkan pekerjaan yang ada.”
Sementara para manajer di pengecoran Renault itu sudah dibebaskan, pabrik masih tetap tutup. Para pekerja yang berjaga-jaga di sana menuntut Renault memikirkan ulang tentang rencana penjualan pabrik itu. “Kami masih menunggu progres masalah ini,” kata Le Goff. “Masalah Ini sudah berlarut-larut selama setahun, sangat melelahkan.”
Hubungan panas antara pekerja dengan manajemen perusahaan di Prancis tidak jarang mengisi ruang berita utama media.
Pada tahun 2014, pekerja di pabrik ban Goodyear di bagian utara Prancis menyandera dua direktur selama hampir 300 jam guna mencegah rencana penutupan pabrik.
Pada tahun 2015, pekerja Air France yang marah dengan rencana pengurangan pegawai mengejar sejumlah eksekutif di kantor pusat maskapai penerbangan itu di dekat Paris, menelanjangi salah satu dari mereka hingga ke pinggang di depan sorotan kamera televisi, sedangkan pakaian beberapa eksekutif lain ditarik hingga compang-camping (lihat video di bawah). Tiga orang dijatuhi hukuman percobaan terkait serangan tersebut.*