Hidayatullah.com—Radovan Karadzic, bekas pemimpin Serbia di Bosnia terpidana genosida Srebrenica 1995, akan dipindahkan ke penjara di Inggris untuk menjalani masa hukuman seumur hidup.
Karadzic, 75, divonis bersalah pada 2016 atas 10 dari 11 dakwaan yang dihadapinya di International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY) berkaitan dengan perannya dalam pembunuhan ribuan warga sipil Bosnia dalam perang di era 1990-an. Pada tahun 2019, hakim-hakim di Den Haag menambah hukuman Karadzic dari 40 tahun menjadi penjara seumur hidup setelah upaya bandingnya gagal.
Dilansir The Guardian, Kementerian Luar Negeri hari Rabu (12/5/2021) menyetujui keputusan Karadzic dipindah ke penjara di Inggris untuk menjalani sisa hukumannya.
Karadzic menolak pemindahan tersebut dengan alasan keselamatan diri. Dia merujuk bekas jenderal Serbia Radislav Krstic, yang digorok lehernya oleh napi Muslim di penjara Wakefield di West Yorkshire, dan bekas presiden Liberia Charles Taylor terpidana kejahatan perang di Sierra Leone yang menentang pemenjaraannya di Inggris karena keluarganya tidak diberi visa untuk mengunjunginya.
Namun Carmel Agius, presiden International Residual Mechanism for Criminal Tribunals (IRMCT), memerintahkan pemindahan Karadzic ke Inggris setelah mendengar dari para pihak terkait.
“Presiden (IRMCT) menetapkan Inggris sebagai tempat di mana dia (Karadzic) akan menjalani masa hukumannya meskipun ada keberatan darinpihak kami,” kata pengacara Karadzic, Peter Robinson.
“… Dengan tingginya persentase Muslim di kalangan penghuni penjara, kami merasa Karadzic akan berada dalam bahaya, dan agar menjaganya tetap aman diperlukan tindakan yang setara dengan kurungan isolasi,” kata Robinson.
Menteri Luar Negeri Dominic Raab berkata, “Radovan Karadzic merupakan satu dari segelintir orang yang divonis bersalah dalam kasus genosida. Dia bertanggung jawab atas pembantaian pria, wanita dan anak-anak dalam pembantaian Srebrenica dan membantu pengepungan terhadap kota Sarajevo dengan serangan tanpa merasa bersalah terhadap warga sipil.”
Karadzic memimpin pemisahan wilayah Serbia ketika Bosnia memproklamasikan independensinya dari reruntuhan bekas negara Yugoslavia pada tahun 1992, menyusul tumbangnya Uni Soviet.
Konflik yang muncul kemudian akibat pemisahan wilayah itu merenggut banyak nyawa, di mana orang-orang dan tentara Serbia yang menginginkan negara sendiri – sebab mereka etnis mayoritas – memburu orang-orang Bosnia dan etnis Kroasia.
Sekitar 100.000 orang dibantai Serbia dan 2,2 juta orang terpaksa menjadi pengungsi. Pembunuhan massal oleh Serbia mencapai puncaknya dengan pembantaian Srebrenica.
“Kami bangga dengan kenyataan bahwa Inggris mendukung penangkapannya sampai sel penjara yang sekarang dihadapinya. Inggris telah membantu upaya 30 tahun memburu keadilan bagi kejahatan keji tersebut.”
Menurut The Guardian, Inggris mengajukan diri secara sukarela untuk menampung Karadzic sebagai bagian dari upaya penegakan keadilan internasional. Kementerian Kehakiman mengatakan tidak akan memberikan informasi rinci tentang pemenjaraan Karadzic, termasuk tempatnya dikurung, dengan alasan keamanan.
Ini bukan pertama kalinya terpidana kejahatan perang internasional dipindahkan ke penjara di Inggris. Selain Krstic, Momčilo Krajišnik – salah satu pejabat tinggi Serbia di Bosnia semasa perang era 1990-an – juga menjalani masa hukumannya di Inggris. Dia keluar dari penjara pada tahun 2013 dan meninggal dunia pada 2020.
Ahmad al-Faqi al-Mahdi, seorang anggota Ansar Dine, salah satu militan Muslim Tuareg di Afrika Utara, menjalani masa hukumannya di penjara Skotlandia setelah divonis bersalah di pengadilan internasional pada 2016 dalam dakwaan melakukan serangan atas banguna bersejarah di kota Timbuktu, Mali.*