Hidayatullah.com—Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyebut lebih dari 50 nama pejabat dan bekas pejabat, termasuk mantan presiden dan anggota parlemen aktif, tersangka korupsi atau orang yang melemahkan demokrasi di tiga negara Amerika Tengah.
Di antara tokoh paling terkemuka dalam daftar tersebut adalah mantan presiden Honduras José Porfirio “Pepe” Lobo Sosa dan istrinya Rosa Elena Bonilla de Lobo.
Laporan Deplu AS itu menyebut Lobo Sosa menerima suap dari kartel narkoba, sementara istrinya terlibat dalam penipuan dan penyelewengan dana. Keduanya menyangkal tuduhan tersebut. Vonis bersalah atas Bonilla dalam dakwaan-dakwaan terkait dibatalkan oleh Mahkamah Agung tahun lalu, dan dia sedang menunggu proses persidangan baru.
Tidak kalah signifikan dengan penyisipan nama Lobo Sosa dalam daftar itu adalah penghapusan nama presiden Honduras saat ini, Juan Orlando Hernández, dari senarai tersebut.
Jaksa Amerika Serikat di New York mencurigai Hernández mendanai aktivitas politiknya dengan uang suap dari penyelundup narkoba, tetapi dia belum resmi dijerat dakwaan. Saudara lelakinya, bekas anggota parlemen federal Juan Antonio “Tony” Hernández, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di New York pada bulan Maret setelah divonis bersalah atas apa yang digambarkan jaksa sebagai “perdagangan narkoba yang disponsori negara”.
Di El Salvador, mantan pejabat kabinet, seorang hakim dan kepala kabinet untuk Presiden Nayib Bukele dimasukkan dalam daftar tersebut. Carolina Recinos, kepala staf, disebutkan dalam daftar departemen luar negeri yang lebih pendek pada bulan Mei, tetapi pejabat di pemerintahan mengatakan dia tetap dipertahankan keberadaannya di kantor presiden. Daftar yang dirilis hari Kamis (1/7/2021) itu menudingnya terlibat dalam korupsi yang cukup besar berupa penyalahgunaan dana publik untuk keuntungan pribadi” dan berpartisipasi dalam skema pencucian uang.
Banyak dari tuduhan-tuduhan itu diketahui publik di Guatemala, Honduras dan El Salvador.
Daftar itu dimunculkan di kala pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang memusatkan perhatiannya pada korupsi yang merajalela di negara-negara Amerika Tengah, yang menyebabkan rakyat hidup sulit dan akhirnya mendorong mereka migrasi ke Amerika Serikat untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Eduardo Escobar, kepala badan akuntabilitas publik Citizen Action di El Salvador, mengatakan dia pada hari Rabu telah bertemu dengan Victoria Nuland, ketika wakil menteri AS untuk urusan politik itu berkunjung ke El Salvador.
“[Daftar itu] merupakan konfirmasi atas apa yang selama ini telah disembunyikan,” kata Escobar seperti dikutip The Guardian.
Sekarang, mereka tinggal melihat apakah Kejaksaan Agung El Salvador akan bertindak terhadap orang-orang yang ada di dalam daftar itu.
Di Guatemala, bekas presiden Alvaro Colom Caballeros dituduh terlibat penipuan dan penggelapan dalam kasus sistem bus baru di Guatemala City. Manuel Duarte Barrera, salah satu hakim agung saat ini, diduga “menyalahgunakan wewenangnya untuk mempengaruhi dan memanipulasi penunjukan hakim di pengadilan tinggi”.
Kepala jaksa anti-impunitas Guatemala, Juan Francisco Sandoval, mengindikasikan korupsi Guatemala jauh melampaui dari yang disebutkan dalam daftar.
“Menurut saya mereka tidak memasukkan sejumlah nama yang telah didakwa korupsi,” kata Sandoval . “Di kantor kejaksaan, kami menyelidiki ratusan orang dan ratusan lainnya telah dihukum. Saya pikir mereka perlu menyentuh jabatan tinggi dalam struktur yang korup, terutama mereka yang membiayainya.”*