Hidayatullah.com — Wakil Presiden (Wapres) Pertama Afghanistan, Amrullah Saleh mengatakan di Twitter pada Selasa bahwa dia berada di Afghanistan dan merupakan “presiden sementara yang sah” ketika Taliban mengambil alih Afghanistan dan pemerintah transisi dibentuk.
“Kejelasan: Sesuai konstitusi Afghanistan; dalam ketidakhadiran, pelarian, pengunduran diri atau kematian Presiden; Wapres Pertama (FVP) menjadi Presiden sementara,” katanya.
“Saya saat ini berada di dalam negara saya dan saya adalah presiden yang bertanggung jawab,” tambah Saleh.
“Saya sedang menjangkau semua pemimpin untuk mengamankan dukungan dan konsensus mereka,” katanya.
Pada pekan lalu, setelah pertemuan keamanan yang dipimpin Presiden, Saleh mengatakan dia bangga dengan angkatan bersenjata negaranya. Pemerintah akan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk memperkuat perlawanan terhadap Taliban, lanjutnya.
Sebelumnya, Saleh juga bersumpah bahwa “dia tidak akan menyerah.”
Dalam laporannya, kantor berita AFP mengatakan bahwa Wapres pertama Afghanistan itu telah mundur ke Lembah Panjshir di timur laut Kabul.
“Saya tidak akan mengecewakan jutaan orang yang mendengarkan saya. Saya tidak akan pernah berada di bawah satu atap dengan Taliban. TIDAK PERNAH,” tulisnya dalam bahasa Inggris di Twitter pada Ahad.
Sehari kemudian, di media sosial tersebar fotonya berpose dengan pejuang anti-Taliban terkenal Ahmed Shah Massoud di Panjshir. Wilayah Panjshir merupakan benteng pegunungan yang terselip di Hindu Kush.
Taliban menyatakan perang di Afghanistan berakhir setelah mengambil alih istana kepresidenan di Kabul sementara negara-negara Barat bergegas mengevakuasi warganya. Sementara kekacauan terjadi di bandara ketika warga Afghanistan yang panik mencari jalan keluar.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan Ahad, “Taliban telah menang dengan pedang dan senjata mereka, dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pertahanan diri warga negara mereka,” setelah melarikan diri dari negara itu saat para gerilyawan memasuki ibu kota. Ashar mengklaim dia pergi dari Afghanistan karena ingin menghindari pertumpahan darah.
“Hari ini adalah hari besar bagi rakyat Afghanistan dan mujahidin. Mereka telah menyaksikan buah dari upaya dan pengorbanan mereka selama 20 tahun,” ujar Mohammad Naeem pada Senin (16/08/2021).
Pernyataan juru bicara kantor politik Taliban itu disampaikan Al-Jazeera. “Alhamdulillah, perang di negara ini sudah berakhir,” lanjutnya.
Butuh waktu lebih dari seminggu bagi Taliban untuk menguasai negara itu setelah serangan kilat yang berakhir di Kabul ketika pasukan pemerintah, yang dilatih selama dua dekade dan dilengkapi oleh Amerika Serikat dan lainnya dengan biaya miliaran dolar, mundur.
Pada Selasa, Taliban mengumumkan “amnesti” di seluruh Afghanistan dan mengajak kaum wanita untuk bergabung dalam pemerintahan Islamnya. “Mereka dapat berada dalam struktur pemerintahan menurut hukum Syariah,” ujar Enamullah Samangani, komisi budaya Taliban.*