Hidayatullah.com—Dua biarawan Prancis dari sebuah biara Katolik fundamentalis ditetapkan sebagai terdakwa dengan tuduhan melakukan serangan atas menara-menara telekomunikasi 5G sebagai aksi protes atas keberadaannya, kata sumber kehakiman kepada AFP.
Kantor kejaksaan di Villefranche-sur-Saône, di daerah Rhône, mengatakan bahwa kedua pria tersebut yang berusia 39 dan 40 tahun mengaku membakar tiang telepon pada malam tanggal 14 sampai 15 September di Saint-Forgeux, barat laut Lyon, mengkonfirmasi berita yang pertama kali dimuat oleh koran Le Progres.
Kerusakan tiang yang diakibatkan perbuatan mereka tidak parah.
Keduanya berdalih tindakan itu dilakukan untuk “melindungi masyarakat dari dampak buruk” 5G, kata Laëtitia Francart dari Kejaksaan Villefranche.
Kedua biarawan Katolik itu didakwa dengan tuduhan melakukan “perusakan dan upaya perusakan dengan alat pembakar”, serta “asosiasi kriminal”. Mereka ditempatkan di bawah pengawasan pengadilan.
Keduanya merupakan bagian dari komunitas Capuchin di biara Saint-François, di Villié-Morgon, yang memiliki keterkaitan dengan gerakan fundamentalis Priestly Fraternity of Saint Pius X, menurut websitenya.
Koran Le Progrès melaporkan bahwa seorang jubir dari biara itu mengatakan kasus itu merupakan “aksi tersendiri dan merupakan kesalahan anak muda”.
“Gelombang [5G] sangat berbahaya bagi kesehatan dan mereka ingin melakukan sesuatu bagi kesejahteraan umat manusia,” kata jubir wanita itu kepada Le Progrès seperti dilansir AFP Rabu (22/9/2021).
Riset belum menemukan ada dampak kesehatan yang berkaitan dengan paparan teknologi 5G. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa paparan secara keseluruhan 5G masih di bawah pedoman internasional, belum tampak adanya konsekuensi bagi kesehatan masyarakat.*