Kongres Waktu Shalat Internasional diharapkan mencapai kesimpulan yang akan meminimalkan perbedaan dan ketidaksepakatan dalam waktu shalat
Hidayatullah.com — Para ulama, pakar hukum dan cendekiawan Islam pada Ahad lalu menghadiri Kongres Waktu Shalat Internasional di Istanbul untuk mengakhiri perbedaan yang sudah lama terjadi di dunia Islam: perbedaan atas kalender Islam.
Diselenggarakan bersama oleh Kementerian Agama Turki (Diyanet) dan Dewan Fatwa dan Penelitian Eropa, pertemuan itu melanjutkan upaya serupa pada 2016, yang juga di Turki, untuk memastikan kalender untuk hari libur Islam dan waktu shalat.
Pertemuan pada 2016 berhasil menghasilkan kesepakatan penyatuan kalender Islam, meski pelaksanaannya tidak diterapkan di beberapa negara.
Berbicara pada pembukaan pertemuan Ahad lalu, ketua Diyanet profesor Ali Erbaş mengatakan Kongres Waktu Shalat Internasional diharapkan mencapai kesimpulan yang akan meminimalkan perbedaan dan ketidaksepakatan dalam waktu shalat.
Dia mengatakan pihaknya sudah bekerja untuk penyatuan kalender Islam dan persamaan waktu shalat sejak 2016, lansir Daily Sabah (26/09/2021).
“Masalah waktu shalat dan puasa bukanlah hal baru, tetapi sangat krusial. Sungguh mengkhawatirkan melihat perbedaan yang signifikan dalam praktik waktu shalat, yang merupakan ekspresi agama paling jelas dan ibadah paling mendasar. Di sini, para cendekiawan dari negara-negara Eropa dan Islam akan membahasnya dan mencapai kesimpulan,” katanya.
Perbedaan Pendapat adalah Berkah
Ali Al-Qaradaghi, ulama yang juga sekretaris jenderal Persatuan Ulama Muslim Internasional juga ikut hadir. Al-Qaradaghi mengatakan bahwa kongres itu adalah hasil dari empat tahun kerja dan komite ilmiah akan mengarahkan masalah tersebut.
“Kita berbicara mengenai suatu hal yang menunjukkan betapa luasnya ruang lingkup Islam. Orang-orang melihat Muslim berbeda pendapat dalam segala hal. Namun kami sadar bahwa setiap perbedaan pendapat adalah berkah. Misalnya, selama kunjungan saya ke sebuah kota kecil di Swiss, saya menemukan sebuah keluarga Muslim dengan 16 kalender Islam yang berbeda. Setiap anggota keluarga mengikuti kalender yang berbeda,” katanya.
Al-Qaradaghi mengatakan kongres itu menyelesaikan masalah baik melalui segi astronomi dan dari segi fiqh.*