Hidayatullah.com—Sri Lanka melarang masuk pupuk asal China yang disinyalir tercemar organisme dan bakteri berbahaya.
Tindakan Sri Lanka itu diambil di saat negara pulau itu menghadapi masalah kekurangan pangan yang diakibatkan krisis mata uang, sementara petani mengatakan larangan masuk pupuk kimia itu dapat menggagalkan panen mereka tahun ini, lapor AFP Ahad (24/10/2021).
Kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa mengatakan Badan Karantina Tanaman Nasional sudah menguji sampel dari kapal China yang tidak disebutkan namanya dan mengkonfirmasi adanya “sejumlah organisme, termasuk beberapa bakteri berbahaya”.
Pernyataan yang dirilis kantor kepresidenan itu juga mengatakan bahwa pengadilan tinggi sudah mengeluarkan larangan pembayaran apapun ke Qingdao Seawin Biotech Group Co., Ltd untuk 96.000 ton pupuk yang diproduksi perusahaan China tersebut.
Pihak berwenang Sri Lanka bulan lalu menghentikan kesepakatan bernilai $42 juta, tetapi berbagai laporan menyebutkan bahwa kargonya tetap dapat dikirim dan dijadwalkan akan tiba di Kolombo dalam waktu dekat. Lokasi kapal tersebut tidak diungkapkan.
Otoritas Pelabuhan Sri Lanka mengatakan bahwa hari Sabtu Kementerian Pertanian memerintahkan mereka agar tidak membongkar muatan pupuk tersebut di pelabuh manapun dan mengusir kapal China itu.
Sri Lanka aslinya memesan pupuk organik dari China sebagai bagian dari upaya menjadi negara pertanian organik 100 persen pertama di dunia.
Nutrisi tanaman organik dari China dimaksudkan untuk menggantikan bahan kimia yang tidak lagi dipakai pada musim tanam padi utama yang dimulai 15 Oktober.
Menyusul protes petani yang khawatir penghapusan pupuk kimia justru akan berdampak kritis terhadap hasil panen, pemerintah pekan lalu mencabut larangan penggunaan pupuk kimia yang mulai diberlakukan bulan Mei.
Sejak itu, Sri Lanka mengimpor 30.000 ton kalium klorida dalam bentuk pupuk dan sekitar tiga juta liter nutrisi tanaman berbasis nitrogen dari India.
Petani teh – komoditas ekspor utama selain beras – memperingatkan bahwa hasil panen dapat berkurang setengah apabila tanpa bahan kimia.*