Hidayatullah.com–Kelompok terbesar migran yang menerobos perbatasan Lithuania-Belarusua di masa puncak krisis migran telah dipulangkan ke Baghdad, Iraq.
Sebanyak 98 migran asal Iraq ditawari uang tunjangan sekali bayar €1.000 bagi yang berbersedia naik ke dalam pesawat untuk dikembalikan ke negeri asalnya.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Lithuania, semua migran itu pergi dengan sukarela, lansir Euronews Ahad (2/1/2022).
“Kami memperkirakan berapa biaya yang harus kami keluarkan untuk menampung satu migran,” kata Mendagri Agnè Bilotaite.
“Biaya pokok pemeliharaan satu migran adalah €11.000 per tahun. Jelas jauh lebih menguntungkan bagi kami untuk menawarkan tunjangan, membelikan tiket atau mengatur penerbangan, yang dengan demikian lebih sedikit tantangan dan masalah-masalah lainnya.”
Sejak awal krisis migrasi, Vilnius telah mengusir lebih dari 500 migran yang tiba melalui Belarus. Lebih dari 3.000 orang saat ini masih berada di pusat-pusat penampungan pengungsi Lituania.
“Kita perlu mulai berpikir apa yang akan kita lakukan ketika masa penampungan di pusat-pusat pengungsian akan berakhir,” kata Tomas Vytautas Raskevičius, ketua komite urusan HAM parlemen Lithuania. “[Kita perlu] berbicara tentang integrasi. Jika tidak, mereka akan mencoba mencapai negara-negara Eropa lainnya.”
Poland, Latvia, Lithuania, disusul oleh Uni Eropa, Amerika Serikat dan negara Barat lain menuding pemerintahan Alexander Lukashenko menggunakan isu migran ilegal untuk memecahkan masalah politik. Sementara Minsk dan Moskow menyalahkan Eropa atas krisis dan nasib para pengungsi yang terjadi beberapa tahun terakhir.
Menurut Palang Merah Belarusia, ada sekitar 600 orang asing yang berharap bisa masuk ke negara Uni Eropa di pusat penampungan di dekat perbatasan.*