Hidayatullah.com—Sejumlah tank dikerahkan di ibukota Yaman Senin (21/3) pada saat para jenderal tertinggi bergabung kepada kaum “revolusi” dan pemimpin suku utama negara itu untuk menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh dari kekuasaan.
Tank-tank mengambil posisi di lokasi kunci di sudut-sudut Sanaa, termasuk di istana presiden, bank sentral, dan kementerian pertahanan, tapi tidak jelas mereka di bawah perintah siapa.
Dalam serangkaian pukulan terhadap kekuasaan Saleh, Jenderal Ali Mohsen al-Ahmar, Komandan Distrik Militer di kawasan Timurlaut, mengumumkan ia telah bergabung dengan “revolusi,” bersama dengan pemimpin suku Sadiq al-Ahmar.
“Krisis ini semakin rumit dan itu mendorong negara menuju kekerasan dan perang saudara,” kata jenderal itu dalam sebuah pernyataan siaran televisi Al-Jazeera.
“Menurut apa yang saya rasakan, dan sesuai solidaritas rekan-rekan komandan dan prajurit … saya mengumumkan dukungan kami dan dukungan damai kita untuk revolusi kaum pemuda.
“Kita akan memenuhi tugas kami dalam menjaga keamanan dan stabilitas.”
Satu per satu, puluhan petugas dari berbagai tingkatan memenuhi tenda di kota dekat Universitas Sanaa, tempat para demonstran tetap beraksi sejak 21 Februari di tengah gelombang serangan, dan publik berjanji untuk mendukung revolusi.
Dua jenderal tertinggi lainnya, Nasser Ali Shuaybi di Provinsi Hadramaut dan Faisal Rajab di Provinsi Lahij, juga ikut bergabung dengan kaum revolusi.
Sadiq al-Ahmar, yang memimpin Federasi Suku Hashid, suku terbesar di Yaman dan pendukung kekuasaan Saleh, mengatakan kepada Al-Jazeera sudah saatnya bagi presiden untuk membuat “keluar dengan tenang.”
“Saya mengumumkan atas nama semua anggota suku saya bahwa saya bergabung dengan revolusi,” kata Ahmar, dan menyerukan Saleh “untuk membebaskan Yaman dari pertumpahan darah dan keluar dengan tenang.”
Wakil juru bicara parlemen, Himyar al-Ahmar, dan Gubernur Provinsi Aden, Ahmed Qaatabi, juga mengundurkan diri sebagai protes atas perlakuan terhadap demonstran.
Para pembelotan terjadi sehari setelah Saleh memberhentikan kabinetnya dalam upaya memenuhi permintaan para oposisi untuk melakukan reformasi atas negara yang menjadi sekutu Amerika Serikat ini.
Rezim juga telah kehilangan dukungan dari para pemimpin agama, kondisi yang lemah oleh pengunduran diri menteri, duta besar dan sejumlah anggota parlemen partai berkuasa, namun Saleh menolak untuk mundur sampai berakhir masa jabatannya pada tahun 2013.
Rezimnya pun telah dikecam dunia internasional setelah lebih dari 50 orang tewas akibat loyalis bersenjata Jumat menembaki pengunjuk rasa lapangan Universitas Sanaa Square, pusat dari gerakan pro-demokrasi.
Pembelotan perwira militer ke oposisi kemungkinan akan menyulitkan dukungan Washington bagi Saleh, dalam mitra dalam perang melawan Al-Qaeda.
Sementara itu Duta besar Yaman untuk Mesir dan Liga Arab hari Senin membelot dari rezim dan bergabung dengan gerakan pemrotes yang menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh, kata seorang diplomat.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Abdel Wali al-Shemiri dan Abdel Malek Mansur “bergabung dengan revolusioner (namun) tetap mewakili rakyat Yaman di Mesir dan di Liga Arab,” kata diplomat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada AFP.
Lima duta besar Yaman yang ditempatkan di negara-negara Eropa menulis surat kepada Presiden Ali Abdullah Saleh untuk memintanya mengundurkan diri, kata Dubes Yaman untuk Prancis Khaled al-Akwaa.
Para duta besar yang ditempatkan di Paris, Brussel, Jenewa, Berlin dan London serta konsul Yaman di Frankfurt “mengirim pesan kepada Presiden Saleh agar menanggapi tuntutan rakyat dan mengundurkan diri guna menghindari pertumpahan darah,” kata Khaled al-Akwaa.
Ia menambahkan, duta besar Yaman untuk Kuba juga menandatangani surat tersebut.*
Keterangan foto: Para demonstran tetap melakukan protes walau telah jatuh korban di pihak mereka.