Hidayatullah.com—Pihak berwenang Turki telah menutup wilayah udaranya untuk pesawat sipil dan militer milik Rusia yang mencari penerbangan ke Suriah. Pengumuman yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menunjukkan reaksi tegas Ankara terhadap perang antara Rusia dan Ukraina.
“Kami menutup wilayah udara untuk pesawat militer Rusia, termasuk pesawat sipil yang terbang ke Suriah,” lapor Anadolu Agency, mengutip pernyataan Mevlut.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa hal tersebut telah diinformasikan kepada rekannya dari Rusia, Sergei Lavrov yang mempresentasikannya kepada Presiden Vladimir Putin. Sementara itu, Mevlut menginformasikan, larangan tersebut akan berlaku selama tiga bulan.
Pengumuman tersebut menandai salah satu tanggapan terkuat hingga saat ini oleh Turki, yang telah membina hubungan dekat dengan Moskow meskipun menjadi anggota aliansi pertahanan NATO, terhadap serangan militer dua bulan Rusia di Ukraina.
Turki telah mendukung kelompok oposisi Suriah selama konflik. Hubungan Ankara dengan Moskow sempat panas setelah Turki menembak jatuh sebuah pesawat tempur Rusia di dekat perbatasan Turki-Suriah pada tahun 2015.
Tetapi mereka telah membaik sampai invasi Rusia ke Ukraina, yang dipandang Turki sebagai mitra dagang penting dan sekutu diplomatik. Turki telah berusaha menengahi untuk mengakhiri konflik, menjadi tuan rumah pertemuan antara negosiator Rusia dan Ukraina di Istanbul, dan pertemuan lainnya antara Lavrov dan mitra Ukraina Dmytro Kuleba di Antalya.
Ankara berusaha untuk mengatur pertemuan puncak Istanbul antara Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, meskipun Cavusoglu mengakui bahwa prospek pembicaraan semacam itu pada saat ini masih suram. “Jika mereka menginginkan kesepakatan, itu tak terelakkan,” kata Cavusoglu seperti dikutip. “Itu mungkin tidak terjadi untuk waktu yang lama, tetapi itu bisa terjadi secara tiba-tiba.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Tidak ada tanggapan segera atas pengumuman Turki dari Rusia, yang bersama-sama dengan Iran telah menjadi pendukung setia rezim keji, Bashar al-Assad selama perang saudara.*