Hidayatullah.com—Prakarsa Ramadhan Damai di Thailand selatan secara umum telah berhasil mengendalikan insiden kekerasan di Pattani, Narathiwat, Yala dan empat distrik di Songkhla. Inisiatif Ramadhan Damai bertujuan memudahkan masyarakat menjalankan ibadah dengan aman serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam proses dialog perdamaian yang inklusif, kutip AFP.
Kepala Panel Dialog Perdamaian Wilayah Perbatasan Thailand selatan, Jenderal Wanlop Rugsanaoh, berharap inisiatif tersebut akan menjadi titik awal untuk mengakhiri kekerasan dan mencapai perdamaian abadi di empat provinsi yang bermasalah.
Di bawah inisiatif tersebut, pemerintah Thailand dan kelompok bersenjata paling berpengaruh di Thailand selatan, Barisan Revolusi Nasional (BRN) setuju untuk menghentikan kekerasan di empat provinsi Thailand selatan selama Ramadhan dari 3 April hingga 14 Mei, yang mencakup periode 40 hari.
Wanlop mengatakan kepada Bernama bahwa sejak inisiatif tersebut berlaku, situasi di empat provinsi relatif damai dengan hanya satu insiden ledakan bom di Sai Buri, Pattani di mana seorang warga sipil tewas dan tiga anggota regu penjinak bom terluka.
Media sebelumnya melaporkan bahwa Patani United Liberation Organization (Pulo), yang tidak terlibat dalam pembicaraan damai, mengaku bertanggung jawab atas ledakan 15 April di Sai Buri. Menurut BRN, Inisiatif Ramadhan Damai akan menciptakan lingkungan yang damai dan sejahtera bagi masyarakat di Thailand, terutama yang berada di lapangan.
Sementara itu, Wanlop mengatakan pembicaraan damai antara pemerintah Thailand dan BRN diperkirakan akan diadakan antara Juni dan Agustus. Mantan Inspektur Jenderal Polisi Malaysia, Tan Sri Rahim Mohd Noor bertindak sebagai fasilitator dan juga melibatkan beberapa ahli sebagai pengamat.
Kekerasan di Thailand selatan dimulai pada tahun 2004 di empat provinsi dan sejauh ini telah merenggut lebih dari 7.000 nyawa.*