Empat tema dalam buku ‘Himpunan Karya Pilihan’ (HKP) ini merupakan isu-isu penting, kebanyakan mengandung jawaban-jawaban yang sangat diperlukan umat Islam di masa ini
Oleh: Dr. Kholili Hasib
Hidayatullah.com | PADA 4 Juni 2022 dilaunching buku terbaru Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud (Prof. Wan) berjudul Himpunan Karya Pilihan (HKP). Diterbitkan RZS-CASIS dan HAKIM Malaysia. Buku ini merupakan kumpulan 41 tulisan pilihan Prof. Wan dalam bahasa Melayu.
Nampaknya di antara kekhasan buku ini adalah identik dengan angka 40. Ada 41 judul dalam buku ini. Ditulis selama 40 tahun. Dimulai tahun 1980-2021. Dilaunching pada tanggal 04.
Dalam Islam, angka 40 memiliki rahasia tersendiri. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, bahwa barangsiapa yang menjaga 40 hadis maka akan mendapatkan pertolongan khusus pada hari kiamat.
Rata-rata para Rasul mendapatkan wahyu pada usia 40-an. Nabi Saw mengancam orang yang minum khamar, tidak diterima shalatnya 40 hari.
Dalam al-Qur’an al-Ahqaf ayat 15 menjelaskan tentang kematangan dan kedewasaan manusia bila telah mencapai usia 40 tahun. Dalam Mazhab Syafii, syarat minimal jamaah sholat jumat adalah 40 orang, serta masih banyak lagi rahasia di balik angkat 40, baik dari al-Qur’an, hadis dan penjelasan para ulama.
Para ulama’ banyak yang “berlomba-lomba” menulis hadis arba’inat (kumpulan 40 hadis). Tentu mereka “berlomba” mendapatkan pertolongan khusus di hari kiamat sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Saw.
Selain itu, Imam al-Ghazali menulis karya berjudul Al-‘Arba’in fi Ushuliddin (empat puluh perkara pokok-pokok agama). Dengan demikian, buku HKP yang terdiri dari 41 tajuk tulisan yang ditulis selama rentang 40 tahun ini tentu memiliki rahasia di baliknya. Kandungan HKP ini dipecah menjadi empat bagian; yaitu agama dan falsafah, ilmu dan pendidikan, sejarah pembangunan negara dan peradaban, prakata resensi buku dan temuramah.
Imam al-Ghazali menulis kitab Ihya’ Ulumuddin juga menjadi empat bagian. Disebut rubu’’, yaitu pertama rubu’ al-ibadat, kedua rubu’ al-adat, ketiga rubu’ al-muhlikat, dan keempat rubu’ al-munjiyat.
Empat tema dalam buku HKP ini merupakan isu-isu penting. Kebanyakan mengandung jawaban-jawaban yang sangat diperlukan umat Islam di masa ini.
Sebagaimana sering disampaikan oleh penulis bahwa masalah umat sekarang ini antara lain pencemaran worldview sekular ke dalam pemikiran umat Islam.
Tajuk menarik mengenai hal ini adalah tulisan berjudul “Krisis Otoritas, Ateisme, dan Ekstrimisme (halaman 211). Mengutip gurunya, Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prof. Wan menulis kesalahan dan kekeliruan tentang ilmu pengetahuan adalah akar masalah yang kemudian melahirkan fenomena kehilangan adab (loss of adab) dan melahirkan otoritas-otoritas (pemimpin) yang tidak hakiki.
Ketiga fenomena yang berurutan tersebut (kekeliruan ilmu, hilang adab, dan hilang otoritas), diakibatkan oleh pengaruh peradaban Barat, terutama aliran filsafat sekularisme yang melibatkan filsafat liberalisme, dan hilang adab tentang hakikat-hakikat penting dalam agama dan kebudayaan Islam (halaman 216).
Prof. Wan menunjukkan data menarik untuk kita renungkan bersama, bahwa saat ini penduduk di negara Islam yang dianggap “konservatif” dan kuat beragama sudah berani yang banyak menyatakan ateis. Mengutip WIN-Gallup International bahwa 5 % rakyat Saudi Arabia mengaku convinced atheist sama dengan jumlah orang yang mengaku convinced atheist di Afrika Selatan.
Tetapi Prof. Wan mencoba memberi penekanan pembahasan soal de-Islamization yang disebut inkar Islam. Menurut Prof. Wan, inkar Islam tidak hanya bermakna mereka ateis atau meninggalkan dan menganut agam lain.
Mereka mungkin masih mengaku Muslim tetapi jahil tentang dasar-dasar amalan Islam dan tidak mengamalkannya. Menafsirkan Islam dalam kerangka pemikiran modern yang sekular, liberal dan nisbi (relatif), dan menganggap diri mereka lebih memahami Islam dari mayoritas sarjana dan umat Islam sepanjang sejarah.
Selanjutnya Prof. Wan menerangkan, inkar Islam berkaitan erat dengan sifat ingkar ilmu. Istilah ingkar ilmu dari Prof. Wan ini menarik untuk dikaji dengan serius.
Golongan ingkar ilmu mungkin terdiri dari orang-orang yang secara dzahir sebagai Muslim yang baik. Tetapi, ilmunya tercemari oleh worldview Barat sekular. Inilah fenomena yang cukup banyak ditemui.
Amalannya tetap shalat, berpuasa dan berhaji. Tetapi ketika berilmu menjelma menjadi sarjana seperti sarjana Barat sekular.
Secara keseluruhan, 41 judul tulisan Prof. Wan mengikut school of thought (madzhab pemikiran) gurunya Prof. Al-Attas. Prof. Wan merupakan murid Prof. Al-Attas yang paling depan. Mendampingi Prof. Al-Attas sejak pertama kali dirancang kampus ISTAC. Prof. Wan pernah menulis buku berjudul Falsafah dan Amalan Pendidikan Prof.Syed M Naquib al-Attas. Buku ini merupakan tafsir-tafsir otoritatif tentang pemikiran pendidikan Prof. Al-Attas.
Memahami pemikiran tinggi perlu dengan isnad penfasiran terdepan. Pemikiran Prof. Wan yang tertuang dalam tulisan-tulisan merupakan penafsiran paling depan Prof. Al-Attas. Melalui penjelasan Prof. Wan, pemikiran Prof. Al-Attas dapat dipahami dengan baik dan benar.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Maka, buku HKP adalah salah satu jembatan bagi kita yang ingin memahami mendalam school of thought Prof. Al-Attas. Memang dalam tradisi Islam, isnad itu bukan saja berupa isnad buku atau kitab, tetapi lebih penting dari itu adalah isnad pemahaman.
Para ulama salaf dahulu itu melakukan kedua-duanya; isnad teks dan isnad pemahaman. Sanad teks diperoleh tetapi tidak didapat sanad penjelasan teks bisa mengelirukan. Sebuah pemahaman bisa keliru bila ia menafsirkan sendiri teks, tanpa dibimbing guru.
Oleh sebab itu Abdullah bin Mubarak mengatakan:
الإسناد من الدين،لولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
“Isnad itu bagian dari agama. Jika bukan karena isnad, pasti siapapun bisa berkata dengan apa yang dia kehendaki”.
Buku HKP ditulis dengan pemilihan kalimat-kalimat yang sangat hati-hati, teliti dan pilihan. Tidak ada kalimat ditulis kecuali ada alasan kenapa kalimat itu diletakkan. Buku HKP memiliki argumen aqli-naqli, dirangkai dengan untaian bahasa yang halus, salah satu ciri karya bermutu.
HKP merupakan karya bermutu dari segi pemilihan tajuk-tajuk yang sangat diperlukan, tidak hanya bagi bangsa Melayu, tetapi bagi umat Islam seluruhnya. Penulisnya, Prof. Wan, disebutkan oleh Prof. Khalif Muammar, direktur RZS CASIS, adalah seorang ilmuan universial, yaitu ilmuan yang lengkap.
Meskipun telah malang-melintang di dunia internasional, beliau seorang yang tawadhu dan humble. Bahkan sering beliau menyatakan kekurangan dirinya dari ilmuan yang lain.
Padahal, beliau dikenal memeiliki kerja akademik yang sudah diakui berbagai negara. Meskipun telah di langit, tapi masih merasa dalam kerak bumi. Oleh sebab itu, bacalah buku HKP ini!*