Hidayatullah.com– Hungaria hari Jumat (26/8/2022) memberikan lampu hijau bagi pembangunan dua reaktor nuklir baru oleh perusahaan asal Rusia Rosatom.
Pembangunan akan segera dimulai dalam beberapa pekan mendatang, setelah perizinan dari pihak regulator dikeluarkan.
“Ini adalah langkah besar, sebuah tonggak penting,” kata Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto di akun Facebook-nya setelah regulator nasional hari Kamis akhirnya mengeluarkan izin yang sempat tertunda berkali-kali.
“Kita sekarang dapat beralih dari tahap perencanaan ke konstruksi. Anda akan melihatnya di lokasi Paks dalam beberapa pekan mendatang,” kata Szijjarto.
Dia menambahkan adalah “realistis” untuk berharap reaktor baru itu dapat beroperasi pada tahun 2030.
Kesepakatan untuk membangun dua reaktor nuklir baru yang akan menghasilkan listrik 1.200 megawatt di lokasi Paks, sekitar 100 km arah selatan dari Budapest, dibuat pada tahun 2014. Dengan demikian, listrik yang akan dihasilkan oleh PLTN itu meningkat lebih dari dua kali lipat.
Dibangun pertama kali dengan teknologi era Soviet pada tahun 1980-an semasa kekuasaan komunis di Hungaria, PLTN itu saat ini menyediakan sekitar 40 persen kebutuhan listrik Hungaria.
“Dengan cara ini kita akan memastikan keamanan energi Hungaria dalam jangka panjang dan melindungi Hungaria dari perubahan harga energi yang liar,” kata Szijjarto, seperti dikutip AFP.
Rusia membiayai sebagian besar proyek itu dengan pinjaman 10 miliar euro ($10 miliar) ke Hungaria, yang akan menanggung sisa biaya 2,5 miliar euro.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sebelumnya negara sesama anggota Uni Eropa, Finlandia, membatalkan proyek pembangkit listrik tenaga nuklir Rusia yang serupa pada bulan Mei disebabkan invasi Rusia ke Ukraina.
Hungaria di bawah kepemimpinan Presiden Viktor Orban melawan Uni Eropa yang berusaha mengisolasi dan menjatuhkan sanksi atas Rusia terkait invasi pasukan Moskow ke Ukraina. Bagaimanapun Hungaria dan semua negara Uni Eropa masih membutuhkan gas, minyak asal Rusia untuk kebutuhan energi mereka meskipun bersikap garang terhadap Moskow.*