Hidayatullah.com– Sebanyak 250 personel tentara Ukraina dalam misi penjaga perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) angkat ransel pulang ke negeri asal untuk melawan pasukan Rusia.
Ketika penarikan unit penerbangan Ukraina diumumkan pada bulan Maret, para diplomat memperingatkan bahwa hal itu dapat membuat misi PBB kekurangan helikopter.
Kendaraan udara sangat penting dalam perang melawan berbagai kelompok pemberontak yang berbasis di hutan lebatdi bagian timur RD Kongo.
Delapan helikopter Ukraina mencakup sekitar sepertiga dari armada udara PBB.
Sejak invasi Rusia pada bulan Februari, Ukraina telah menarik pasukannya dari sejumlah misi penjaga perdamaian PBB lainnya.
Jacques Ndjoli, yang bertugas di komite pertahanan parlementer RD Kongo, mengatakan kepada BBC (18/9/2022) penarikan itu relatif serius, namun dia menegaskan bahwa membawa perdamaian ke negara Afrika itu utamanya merupakan tanggung jawab tentara Kongo.
Komandan pasukan PBB asal Brazil Jenderal Marcos da Costa, memuji pasukan Ukraina dengan mengatakan “kontribusi besar mereka selama 10 tahun” sangat dihargai.
Misi pasukan penjaga perdamaian PBB di RD Kongo, Monusco, belakangan ini mendapat banyak tekanan di negara itu.
Masyarakat setempat menilai pasukan PBB tidak berbuat cukup untuk memulihkan perdamaian di kawasan timur, di mana banyak kelompok bersenjata beroperasi selama tiga dekade, membunuh, memperkosa dan menjarah sumber daya mineral yang kaya di kawasan itu seperti emas dan batu berlian.
Pada bulan Juli, 36 orang – termasuk empat penjaga perdamaian PBB – tewas ketika warga pengunjuk rasa menggeledah gedung-gedung PBB di kota-kota di bagian timur RD Kongo.
Setelah 22 tahun di negara itu, misi itu seharusnya sudah hampir berakhir, tetapi hingga sekarang belum ada tanggal yang ditetapkan untuk menyudahi operasinya.
Monusco merupakan salah satu misi perdamaian PBB yang terbesar dan termahal dari 12 misi penjaga perdamaian PBB yang ada saat ini.*