Hidayatullah.com–Selama ini Singapura memiliki reputasi sebagai negara kaya, aspiratif dan berteknologi tinggi yang memikat banyak ekspatriat untuk bekerja dan menetap di sana. Namun kini mengapa negeri ini justru menjadi negara paling tidak bahagia di dunia?
Hal ini terungkap dari sebuah survei yang diadakan Gallup terhadap 148 negara tahun 2011 lalu, dimana orang Singapura adalah orang yang paling tidak bahagia di dunia. Di urutan bawahnya adalah orang Irak, Armenia dan Serbia.
BBC Singapura, Charlotte Ashton, berbagi pengalamannya selama tinggal di negeri singa itu. Beberapa bulan sejak pertama kali menginjakkan kakinya di Singapura bersama suaminya, Ashton mengungkapkan bahwa mereka merasa bahagia. Para politisi Singapura berkomitmen untuk mewujudkan kesejahteraan dan Starhub – penyedia jaringan telepon seluler – meluncurkan iklan bertajuk “kebahagiaan dimana-mana”, lengkap dengan beberapa orang Singapura yang tersenyum sedang berdansa di tengah alunan musik gitar.
Di sisi lain, terutama di internet, muncul sejumlah orang yang merasa tidak puas yang membenarkan hasil survei tersebut untuk menguatkan penilaian mereka bahwa hidup terasa semakin sulit dan lebih mahal di saat Singapura menjadi lebih kaya.
Meski pendapat publik menyatakan demikian, Ashton dan suaminya menemukan banyak kebahagiaan selama tinggal di Singapura. Di taman-taman yang terawat baik dan dijadikan ruang publik gratis, misalnya, selalu dipenuhi keluarga bahagia dan kelompok-kelompok orang yang menikmati indahnya malam bersama sambil minum-minum.
Saat Ashton dan suaminya makan malam bersama teman-teman Singapura mereka, tidak pernah terdengar mengeluh, meski tentu saja mereka berjuang di tengah naiknya harga-harga properti dan menghadapi tekanan di kantor, tapi hal itu biasa terjadi dimana-mana.
Ashton dan suaminya merasa mendapatkan kehidupan sempurna di tengah tingkat kejahatan yang nyaris tidak ada, juga harga makanan yang relatif terjangkau bagi ekspatriat, dimana masih bisa ditemukan semangkuk mi seharga US$ 3 atau sekitar Rp 34.000, di kota yang baru saja menjadi kota termahal di dunia tahun 2014 berdasarkan survei Economist Intelligence Unit (EIU).
Semuanya terasa menyenangkan, sampai Ashton hamil. Selama 10 minggu Ashton mengalami mual di pagi hari, membuat perjalanan ke tempat kerja selama 45 menit bagaikan neraka.
Suatu pagi, Ashton merasakan rasa mual yang teramat sangat saat ia memasuki kereta bawah tanah yang penuh sesak. Khawatir dirinya akan pingsan, Ashton berjongkok di lantai kereta, sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
Ashton terus berjongkok selama 15 menit, sementara tidak ada orang yang memedulikannya, hingga kereta tiba di stasiun yang ditujunya. Tidak ada yang menawari Ashton tempat duduk atau menanyakan apakah ia baik-baik saja.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Untuk pertama kalinya Singapura membuat saya merasa tidak bahagia. Saya merasa rapuh – benar-benar tergantung pada kebaikan hati orang asing. Saya merasa, orang Singapura, membuat saya kecewa,” kata Ashton dikutip BBC.
Sebelumnya jajak pendapat di hampir 150 negara menyimpulkan bahwa rakyat Singapura pada hakikatnya lebih tidak bahagia dibanding rakyat di negara-negara bergolak, seperti Iraq dan Afghanistan.
Survei Gallup Desember 2012 menunjukkan, Negara pulau itu berada pada kedudukan corot dalam peringkat apa yang disebut “emosi positif” – kasarnya kebahagiaan. Hasil riset menunjukkan, Singapura yang merupakan salah satu negara terkaya di dunia, tapi berada pada kedudukan corot. *