Hidayatullah.com–Hasil referendum Turki terbaru membuat Presiden Recep Tayyip Erdogan mendapatkan kekuatan lebih untuk berkuasa.
Referendum yang digelar untuk memberikan pilihan kepada rakyatnya terkait sistem pemerintahan yang dianut hasilnya menunjukkan, sebanyak 51,4 persen suara menyatakan “Ya”. Sementara sisanya sebesar 48,6 persen memilih “Tidak”.
Pernyataan “Ya” berarti menyetujui draf amandemen konstitusi agar mengubah sistem parlementer menjadi sistem presidensial. Meski menang tipis, poling yang dilakukan kemarin, memperlihatkan rakyat negara itu mendukung perubahan konstitusi memperluas kekuasaan presiden Turki.
Sistem presidensial ini diyakini akan membuat Erdogan lebih berkuasa sejak pendiri Turki Mustafa Kemal Ataturk dan penggantinya Ismet Inonu.
Baca: Ribuan Kaum Perempuan Turki Pro Referendum Dukung Erdogan
Hasil ini juga memiliki implikasi yang lebih luas kepada Turki yang telah bergabung dengan NATO sejak 1952 dan yang sejak setengah abad terakhir menetapkan pilihan untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Dilaporkan sekitar 80 juta adalah pemilih terdaftar untuk memilih dan lebih dari 1,3 juta pemilih Turki suara di luar negeri.
Pendukung Erdogan merayakan kemenangan itu dengan pertunjukan kembang api di Istanbul.
“Bersama rakyat, kita telah menyadari reformasi paling penting dalam sejarah kami,” kata Erdogan seperti dilansir APF, Senin (17/04/2017).
Erdogan juga menegaskan kepada para pendukungnya bahwa konstitusi yang baru akan “mendatangkan stabilitas dan kepercayaan yang diperlukan negara kita untuk berkembang dan bertumbuh.”
Erdogan mengatakan sistem yang baru akan menyerupai sistem pemerintahan Prancis dan Amerika Serikat sehingga bakal memberi ketenangan di tengah prahara yang ditandai dengan pemberontakan suku Kurdi, perang di Suriah yang mendatangkan ribuan pengungsi.
Baca: Usulan Konstitusi Baru Turki Hilangkan Jabatan Perdana Menteri
Kubu oposisi menentang usulan yang diajukan Erdogan. Mereka menilai sistem yang baru akan membuat posisi presiden menjadi terlalu berkuasa, tanpa adanya prinsip checks and balances.
Kubu oposisi menilai kemampuan Erdogan untuk tetap memimpin Partai AK (AKP) yang dia turut dirikan, akan mengakhiri ketidakberpihakan.
Kemal Kilicdaroglu, pemimpin Partai Rakyat Republikan (CHP), mengatakan dalam aksi di Ankara bahwa pilihan ‘Ya’ akan membahayakan Turki.
“Kita akan menaruh 80 juta orang ke dalam bus…dan kita tidak tahu ke mana arahnya. Kita menaruh 80 juta orang ke dalam sebuah bus tanpa rem,” ujarnya dikutip BBC.
Sementara itu Kepala Badan Pemilihan Umum Turki Sadi Guven telah menyatakan referendum ini dimenangkan oleh kubu ‘Ya’. Perhitungan ini didasarkan pada 99,5 persen kotak suara dengan jumlah sebesar 85 persen pemilih. Kerumunan besar pendukung mengibarkan bendera dirayakan di jalanan.
Presiden Dewan Pemilihan Agung Sadi Guven menegaskan, pilihan ‘ya’ — mengubah sistem pemerintahan ke presidensial– telah menang. Dia mengatakan, hasil resmi akan keluar dalam kurun 10 hari setelah sejumlah keberatan telah dipertimbangkan.
Pemimpin negara dari Azerbaijan, Palestina, Qatar, Pakistan, Hungaria, Macedonia, Arab Saudi, Sudan, dan Kenya memberikan ucapan selamat atas hasil referendum kepada Kementerian Luar Negeri Turki, tulis Anadolu.*